Dunia yang dinamis dan sarat akan perubahan hendaknya tidak dipandang sebagai sesuatu yang menakutkan. Bila disikapi secara positif, berbagai perubahan justru memicu kreativitas manusia untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
Khususnya bagi para pemasar, kemampuan beradaptasi dan cepat tanggap terhadap lingkungan serta jeli melihat peluang menjadi salah satu kunci dalam mempertahankan eksistensi bisnis agar maju selaras zaman. Â
Ya, ilmu pemasaran terus berkembang. Bagi Anda yang berprofesi sebagai Pemasar (Marketer/ Sales Profesional), Brand Manager, Produk Manager, dan Business Development, pengetahuan mengenai Marketing 4.0 dapat dijadikan jurus jitu untuk menghasilkan aktivitas pemasaran yang up to dateserta memanfaatkan teknologi digital yang memungkinkan Anda terkoneksi dengan konsumen secara luas.
Kilas balik mengenai serial sebelumnya, Marketing 1.0 merupakan teknik pemasaran dimana berfokus pada produk, "Product Centric Era". Di masa ini, produsen menjadi pemimpin dari segala proses penjualan. Keinginan konsumen belum terlalu didengarkan. Cara ini dipengaruhi oleh zaman revolusi industri.
Di Marketing 2.0, produsen mulai mendengarkan keinginan dan kemauan pelanggan lantas menciptakan produk yang sesuai, "Customer Centric Era". Teknik membuat produk yang berkualitas tanpa mempedulikan kebutuhan pelanggan telah ditinggalkan.
Beralih ke Marketing 3.0, merupakan teknik pemasaran yang bertujuan untuk membuat membuat kehidupan yang lebih baik. Proses pemasaran tidak hanya berfokus pada kebutuhan dan kegiatan bisnis yang menuai keuntungan saja, akan tetapi turut memperhatikan aspek spiritual, nilai-nilai kemanusiaan dan kebersamaan.
Teknik komunikasi yang sebelumnya mengedepankan sifat eksklusif untuk kalangan tertentu, kini juga berubah menjadi bersifat inklusif dimana informasi dapat diakses oleh publik. Tujuan komunikasi pemasaran yang sebelumnya hanya kepada target individu, saat ini pun berganti menjadi ditujukan pada komunitas sebab adanya koneksi sosial secara digital.
Sebelum ada teknologi digital dan aneka media sosial, perjalanan konsumen menjadi loyal hanya diramu dalam 4 A, yaitu : Aware, Attitude, Act, Act again. Namun kini terjadi pergerseran menjadi 5A, yaitu : Aware, Appeal, Ask, Act, Advocate. Pada tahap Appeal dan Ask, disampaikan bahwa perilaku konsumen terhadap sebuah branddipengaruhi oleh komunitas. Selanjutnya pada tahap Act dan Advocate, loyalitas didefinisikan sebagai keinginan publik untuk merekomendasikan sebuah brand.
Advokasi yang dimaksud di sini adalah kegiatan publik dalam hal berbagi pengalaman/ pendapat terhadap suatu produk maupun jasa. Terlebih, bila publik mau menyebut nama sebuah brandmeskipun belum menjadi pelanggan, khususnya untuk kategori barang mewah. Aneka pendapat, testimoni, bahkan rekomendasi umum melalui platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan lain sebagainya dapat disebut sebagai aktivitas advokasi.
Bagi komunitas urban, aktivitas digital yang melibatkan teknologi, internet, gadget, dan smartphonesudah menjadi bagian dalam hidup sehari-hari. Melakukan pemasaran online bagi masyarakat perkotaan yang melek teknologi telah rutin dilakukan oleh pemasar. Menciptakan konten yang bermutu, punya nilai daya tarik, serta menggugah komunitas sosial adalah kuncinya.
Sayangnya, masih banyak daerah di Indonesia yang belum tersentuh oleh jaringan internet sehingga pemanfaatan media digital sangat asing bagi sebagian masyarakat. Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Menkominfo) Rudiantara, pada event Kompasiana Tokoh Bicara (30/1/2018), terdapat 93.900 unit sekolah, 47.900 unit kantor permerintahan, 3.900 unit kantor pertahanan, dan 3.700 unit pos kesehatan/ Rumah Sakit yang belum menerima manfaat Internet di seluruh Indonesia.
Bila dikaitkan dengan topik pemasaran, adanya pembangunan infrastruktur jaringan komunikasi baru yang sedang dilakukan oleh pemerintah akan membuka potensi pangsa pasar baru. Buat para pemasar, Anda dapat mulai merencanakan strategi membangun digital marketing yang ditujukan pada user pemula yang justru jangan diremehkan mengingat potensi baru tersebut memiliki jumlah yang cukup menjanjikan.
Lalu, bagaimana cara membuat konten pemasaran digital yang baik? Langkah-langkah berikut ini dapat Anda ikuti untuk mewujudkannya :
- Tentukan tujuan pemasaran dari produk/ jasa Anda.
- Petakan target konsumen dan pahamilah keinginan mereka.
- Gunakan konten kreatif untuk menyampaikan manfaat produk/ jasa Anda dengan jalan cerita relevan dan waktu yang tepat.
- Buatlah jadwal untuk melakukan produksi pembuatan konten  (dapat melalui biro iklan/agensi, atau dilalakukan oleh tim internal perusahaan).
- Tentukan channel yang akan dipakai (media milik sendiri, berbayar, dan lain sebagainya).
- Ciptakan pembicaraan yang potensial bersifat viral kepada konsumen.
- Evaluasi  tujuan konten pemasaran yang telah dibuat.
- Perbaiki konten secara berkesinambungan sehingga selaras dengan kebutuhan serta keinginan dari konsumen yang Anda tuju.
Kita sering mendengar pendapat bahwa kegiatan bisnis di dunia maya membuat pertokoan di dunia nyata menjadi kurang diminati. Namun faktanya, era digital justu membuat bangkitnya dua cara konsumen dalam melakukan pembelian, yaitu showrooming dan webrooming. Keduanya ternyata tidak saling menghilangkan, tapi justru memiliki potensi cara menjual masing-masing yang unik.
Contoh kegiatan showrooming adalah seorang konsumen yang melihat iklan produk/jasa di media non-internet, lalu ia mengunjungi toko, mencari produk secara online, lalu membelinya secara online. Lain lagi dengan proses webrooming. Konsumen melihat iklan produk secara online, lalu mencari dan membandingkannya secara online, melihat detail produk pada website, lalu ia mengunjungi toko lantas membeli produk tersebut di toko riil.
Tentu saja masih banyak detail menarik lainnya yang dapat dipelajari dalam Marketing 4.0. Bila tertarik mendalaminya dengan panduan seorang yang ahli, training mengenai topik ini turut diselenggarakan untuk publik oleh MarkPlus. Bagi saya pribadi yang telah mencobanya, menurut saya pelatihan ini sangat bermanfaat dan memberikan banyak ide baru untuk mengembangkan rencana pemasaran.
Dari pelatihan ini pula  kita dibawa untuk mencermati bahwa dibalik posting informasi dan re-post di Facebook, unggahan gambar di Instagram, maupun cuitan di Twitter secara tidak langsung 'berbicara' mengenai apa yang sedang menjadi kesukaan publik. Pemasar masa kini dituntut memiliki keterampilan, kreativitas, dan pengetahuan dalam mengolah dan menciptakan konten digital. Kelihaian dalam merumuskan strategi implementasi yang tepat sasaran juga ditekankan sehingga berdampak positif pada penjualan serta kemajuan kehidupan masyarakat luas.
Â
Catatan :
"Marketing 4.0 Moving from Traditional to Digital", merupakan buku pemasaran terbitan Wiley yang ditulis oleh Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Iwan Setiawan. Buku ini berisi tentang keterlibatan instrument digital dalam melakukan proses pemasaran. Aktivitas pemasaran seri 4.0 berfokus pada konsumen masa kini dengan mengkombinasikan antara kegiatan pemasaran online dan offline. Â Â
Tahun Terbit : Nov 2016
Jumlah halaman : 208
ISBN :9781119341208
Artikel menarik lainnya dapat mengunjungi blog penulis : https://maria-ayu.blogspot.co.id/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H