Bagi komunitas urban, aktivitas digital yang melibatkan teknologi, internet, gadget, dan smartphonesudah menjadi bagian dalam hidup sehari-hari. Melakukan pemasaran online bagi masyarakat perkotaan yang melek teknologi telah rutin dilakukan oleh pemasar. Menciptakan konten yang bermutu, punya nilai daya tarik, serta menggugah komunitas sosial adalah kuncinya.
Sayangnya, masih banyak daerah di Indonesia yang belum tersentuh oleh jaringan internet sehingga pemanfaatan media digital sangat asing bagi sebagian masyarakat. Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Menkominfo) Rudiantara, pada event Kompasiana Tokoh Bicara (30/1/2018), terdapat 93.900 unit sekolah, 47.900 unit kantor permerintahan, 3.900 unit kantor pertahanan, dan 3.700 unit pos kesehatan/ Rumah Sakit yang belum menerima manfaat Internet di seluruh Indonesia.
Bila dikaitkan dengan topik pemasaran, adanya pembangunan infrastruktur jaringan komunikasi baru yang sedang dilakukan oleh pemerintah akan membuka potensi pangsa pasar baru. Buat para pemasar, Anda dapat mulai merencanakan strategi membangun digital marketing yang ditujukan pada user pemula yang justru jangan diremehkan mengingat potensi baru tersebut memiliki jumlah yang cukup menjanjikan.
Lalu, bagaimana cara membuat konten pemasaran digital yang baik? Langkah-langkah berikut ini dapat Anda ikuti untuk mewujudkannya :
- Tentukan tujuan pemasaran dari produk/ jasa Anda.
- Petakan target konsumen dan pahamilah keinginan mereka.
- Gunakan konten kreatif untuk menyampaikan manfaat produk/ jasa Anda dengan jalan cerita relevan dan waktu yang tepat.
- Buatlah jadwal untuk melakukan produksi pembuatan konten  (dapat melalui biro iklan/agensi, atau dilalakukan oleh tim internal perusahaan).
- Tentukan channel yang akan dipakai (media milik sendiri, berbayar, dan lain sebagainya).
- Ciptakan pembicaraan yang potensial bersifat viral kepada konsumen.
- Evaluasi  tujuan konten pemasaran yang telah dibuat.
- Perbaiki konten secara berkesinambungan sehingga selaras dengan kebutuhan serta keinginan dari konsumen yang Anda tuju.
Kita sering mendengar pendapat bahwa kegiatan bisnis di dunia maya membuat pertokoan di dunia nyata menjadi kurang diminati. Namun faktanya, era digital justu membuat bangkitnya dua cara konsumen dalam melakukan pembelian, yaitu showrooming dan webrooming. Keduanya ternyata tidak saling menghilangkan, tapi justru memiliki potensi cara menjual masing-masing yang unik.
Contoh kegiatan showrooming adalah seorang konsumen yang melihat iklan produk/jasa di media non-internet, lalu ia mengunjungi toko, mencari produk secara online, lalu membelinya secara online. Lain lagi dengan proses webrooming. Konsumen melihat iklan produk secara online, lalu mencari dan membandingkannya secara online, melihat detail produk pada website, lalu ia mengunjungi toko lantas membeli produk tersebut di toko riil.
Tentu saja masih banyak detail menarik lainnya yang dapat dipelajari dalam Marketing 4.0. Bila tertarik mendalaminya dengan panduan seorang yang ahli, training mengenai topik ini turut diselenggarakan untuk publik oleh MarkPlus. Bagi saya pribadi yang telah mencobanya, menurut saya pelatihan ini sangat bermanfaat dan memberikan banyak ide baru untuk mengembangkan rencana pemasaran.
Dari pelatihan ini pula  kita dibawa untuk mencermati bahwa dibalik posting informasi dan re-post di Facebook, unggahan gambar di Instagram, maupun cuitan di Twitter secara tidak langsung 'berbicara' mengenai apa yang sedang menjadi kesukaan publik. Pemasar masa kini dituntut memiliki keterampilan, kreativitas, dan pengetahuan dalam mengolah dan menciptakan konten digital. Kelihaian dalam merumuskan strategi implementasi yang tepat sasaran juga ditekankan sehingga berdampak positif pada penjualan serta kemajuan kehidupan masyarakat luas.