Mohon tunggu...
NurAysah Abbas
NurAysah Abbas Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Menjejaki Esensi Kehidupan dalam Novel Pulang Karya Tere Liye

27 Februari 2018   08:30 Diperbarui: 28 Februari 2018   17:01 5083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

    Darwis atau lebih dikenal dengan nama penanya sebagai Tere Liye berasal dari lingkungan keluarga seorang petani. Ia tumbuh menjadi pribadi yang rendah hati dan sederhana. Dengan sosok yang tidak banyak tingkah, Ia berhasil menyelesaikan pendidikan di SDN 2 Kikim Timur dan SMPN 2 Kikim, Sumatera Selatan. Sementara itu, jenjang SMAnya dihabiskan di SMAN 9 Bandar Lampung. 

    Saat melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, Darwis memberanikan diri merantau ke tanah Jawa dan berhasil menamatkan kuliahya di Universitas Indonesia lewat Fakultas Ekonomi. Mulai berkarya sejak tahun 2005, Tere Liye telah berhasil merebut hati para pembacanya lewat ide dan alur cerita yang terbilang unik. Tema yang diangkat di tiap novel terbilang mencakup semua aspek dalam ruang lingkup kehidupan, mulai dari politik, agama, ekonomi, maupun fiksi. Lewat riwayat pendidikannya yang mantap serta bekal pengalaman yang luas, Dawis telah banyak menghasilkan karya-karya yang sangat fenomenal.

   Sebagai lulusan Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Darwis diketahui berprofesi sebagai akuntan di salah satu kantor. Darwis mengakui bahwa menulis adalah hobi bagi dirinya. Tidak heran jika novel-novel baru karya Tere Liye masih mampu bersaing di dunia sastra. Karya novel Tere Liye terbilang cukup banyak bahkan telah menembus 21 novel. Dari sekian novel, beberapa diantaranya telah berhasil diangkat ke layar lebar yang tentu saja menarik minat masyarakat Indonesia. 

    Adapun karya-karya Tere Liye diantaranya, Hafalan Shalat Delisa, Mimpi-Mimpi Si Patah Hati, Moga Bunda Disayang Allah (2005), Pulang (2005), The Gogons Series: James & Incridible Incodents, Rembulan Tenggelam di Wajahmu, Cintaku Antara Jakarta dan Kualal Lumpur (2006), Sang Penandai (2007), Senja Bersama Rosie, Bidadari-Bidadari Surga (2008), Burlian (2009), Pukat, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (2010), Eliana, Serial Anak-Anak Mamak, Ayahku (Bukan) Pembohong (2011), Bumi (2014), Matahari (2016), About Love (2017),  dan masih banyak lagi yang lain.

    Novel yang diliris pada tahun 2005 ini mengisahkan perjalanan hidup seorang anak dari pedalaman Sumatra yang mempunyai pekerjaan dalam dunia shadow economy. Pekerjaan seperti ini mengendalikan perusahaan-perusahaan besar dan membiarkan mereka mengembangkan usahanya dan secara otomatis juga mendapatkan bagian.

Beberapa pakar ekonomi menaksir nilai shadow economy setara 18-20% GDP dunia. Angka sebenarnya, dua kali lipat dari itu. Di negeri ini saja, dengan total produk domestik bruto per tahun 800 miliar dolar, maka nilai transaksi shadow economy lebih dari 3 miliar dolar. Setara dengan 4.000 triliun rupiah, 40% GDP. Anda pasti pernah melihat majalah ini.

Terlihat jelas bahwa kutipan tersebut memberikan penjelasan yang detail mengenai shadow economy. Penjelasan yang detail tentunya tidak hadir begitu saja tanpa ada pengalaman tersendiri terkait hal tersebut. Ternyata, seperti yang dilansir dari beberapa artikel mengenai biografi Darwis, diketahui bahwa Darwis adalah seorang akuntan professional pada salah satu perusahaan ternama. Selain itu, Darwis juga mempunyai latar belakang sebagai anak seorang petani di pedalaman Sumatra. Hal tersebut berarti penulis mencoba merepresentasikan dirinya dalam tokoh Bujang.

     Salah satu novelnya yang telah berhasil mendapat hati para pembacanya yaitu Pulang. Sama halnya dengan berbagai novel Tere Liye sebelumnya, kali ini Tere Liye kembali mengangkat hal yang baru dan tabu di masyarakat awam. Dalam novel ini, Tere Liye mengangkat tema perjuangan dan pertarungan. Hal ini bisa dilihat dari kutipan berikut.

Aku bersiap melakukan pertarungan hebat yang akan dikenang. Hari saat aku menyadari warisan leluhurku bahwa aku tidak mengenal lagi definisi rasa takut (hlm 20). Aku menggeram. Aku tidak akan lari dari pertarungan. Jika malam ini aku ditakdirkan mati, maka aku akan mati dengan segala kehormatan. Pedangku tetap teracung ke depan memberikan perlawanan dengan sisa tenaga terakhir (hlm 297).

Dari kutipan di atas, tergambar jelas mengenai pengalaman hidup si tokoh yang bersiap untuk menjemput pertarungan dahsyat. Di kutipan berikutnya, tokoh diceritakan berusaha untuk tetap bertahan sekalipun tidak ada lagi kekuatan untuk menghalau serangan.

     Dalam novel Pulang, Tere Liye mengisahkan perjalanan hidup tokoh Bujang dengan menggunakan alur campuran. Tere Liye mengawali kisah novelnya dengan kemelut dahsyat yang dialami tokoh Bujang. Hal ini terlihat seperti kutipan berikut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun