"Mewaspadai bahaya penyalahgunaan gadget oleh anak dan solusi pemecahannya."
Demikian tema bincang parenting yang berlangsung di lingkungan pesantren Shuffah Hizbullah, pagi 28 September 2024 pekan lalu.Â
Menghadirkan pemateri Ibu Aniq Hudiyah Bil Haq, S.Psi, MA, selaku dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT); serta Mbak Nafilah Qurrata A'yuni, S.Psi seorang guru Bimbingan Konseling.
Seluruh elemen sekolah serta wali santri menghadiri kegiatan yang difasilitasi oleh pihak sekolah dengan antusias. Saya sendiri hadir ditemani anak bungsu kami.Â
Setelah sesi pembukaan oleh amir majelis, dan mendengarkan lantunan ayat suci al quran, saya dan semua hadirin menyimak penuturan kedua narasumber. Berikut petikannya.
1. Gadget seringkali menjadi sahabat
Gadget atau handphone menjadi sangat penting dan ikonik pada zaman sekarang. Sekali pun banyak kekhawatiran, orang tua tidak dapat menolak kehadiran gadget, tetapi dapat mengelola penggunaannya sesuai kebutuhan dan batasan.
Sebagai contoh:
- pendaftaran sekolah dari berbagai jenjang dilakukan secara onlineÂ
- saat pelaksanaan ujian kenaikan kelas atau kelulusan sekolah, para siswa menggunakan handphone sebagai prasaranaÂ
- untuk menyelesaikan proyek menulis atau membuat tugas berbasis digital, siswa menggunakan handphone sebagai penunjangÂ
- dalam hal mencari pekerjaan atau menjalankan bisnis online, keberadaan handphone juga amat dibutuhkan
Dari contoh-contoh di atas, orang tua tidak dapat menafikan gadget sebagai bagian dari kehidupan saat ini. Untuk itu, orang tua tidak dapat benar-benar menjauhkan gadget dari diri mereka ataupun dari jangkauan anak-anak. Â
2. Gadget dapat menjadi masalah
Sebagai bagian dari teknologi, gadget tidak lepas dari potensi dampak kurang baik bagi manusia.Â
Yang terbaru dan sangat memprihatinkan adalah kasus anak usia 10 tahun yang melakukan aktivitas seksual bersama rekannya; serta siswa kelas 5 SD yang melakukan aksi bunuh diri begitu handphone miliknya dijual sang ibu.
Ini belum termasuk kasus anak yang depresi berat, gangguan kesehatan mata, gangguan saraf, gangguan kejiwaan, bahkan jerat judi online.
3. Bijak dalam menggunakan gadgetÂ
Tak ada yang salah dengan teknologi jika masyarakat penggunanya dapat bersikap bijaksana.Â
Dalam kesempatan bincang parenting tersebut, ibu Anniq membagikan tips agar orang tua dapat mengelola penggunaan gadget bagi anak-anaknya.
- anak harus memahami konteks kepemilikan gadget adalah orang tuanya, anak-anak hanya sebatas hak menggunakanÂ
- memberikan batasan/kontrol kepada anak tentang screen time (waktu bermain gadget), misalnya satu jam per hariÂ
- informasikan kepada anak bagaimana risiko menggunakan gadget di luar batas yang diperbolehkanÂ
- membersamai anak balita dan tidak menukar kehadiran orang tua dengan gadgetÂ
- sediakan waktu untuk mendampingi anak saat belajar agar mereka tidak merasa diabaikanÂ
- perkenalkan anak pada alat permainan tradisional, antara lain: cublak-cublak suweng, gundu, tali karet, dan bola bekel.
- berikan anak jadwal bermain di luar rumah bersama saudara atau teman-temannya, misalnya setiap jam 4 sore
- ajak anak dalam kegiatan minggu pagi bersama orang tua, bisa jogging, senam, atau bersepedaÂ
Melihat banyaknya kasus penyalahgunaan gadget di masyarakat dewasa ini, menjadi "alarm" bagi para orang tua.Â
Kuncinya adalah tidak menggampangkan segala sesuatu yang berada dekat dengan anak-anak. Sikap aware akan jauh lebih dibutuhkan daripada sikap shock culture yang mendorong orang tua bersikap FOMO (fear of missing out) atau takut ketinggalan zaman.
Anak-anak adalah karunia yang berharga. Anak-anak adalah calon penerus bangsa. Menjaga mereka akan menjadi tanggung jawab yang sangat amat penting bagi kedua orang tuanya. Mari terus semangat!
***
Kota Kayu, 6 Oktober 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H