Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Bagaimana Mengelola Gadget di Zaman Digital Sekarang?

6 Oktober 2024   16:17 Diperbarui: 6 Oktober 2024   16:28 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan bincang parenting di sekolah|foto: dokumentasi pribadi 

"Mewaspadai bahaya penyalahgunaan gadget oleh anak dan solusi pemecahannya."

Demikian tema bincang parenting yang berlangsung di lingkungan pesantren Shuffah Hizbullah, pagi 28 September 2024 pekan lalu. 

Menghadirkan pemateri Ibu Aniq Hudiyah Bil Haq, S.Psi, MA, selaku dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT); serta Mbak Nafilah Qurrata A'yuni, S.Psi seorang guru Bimbingan Konseling.

Seluruh elemen sekolah serta wali santri menghadiri kegiatan yang difasilitasi oleh pihak sekolah dengan antusias. Saya sendiri hadir ditemani anak bungsu kami. 

Setelah sesi pembukaan oleh amir majelis, dan mendengarkan lantunan ayat suci al quran, saya dan semua hadirin menyimak penuturan kedua narasumber. Berikut petikannya.

1. Gadget seringkali menjadi sahabat

Gadget atau handphone menjadi sangat penting dan ikonik pada zaman sekarang. Sekali pun banyak kekhawatiran, orang tua tidak dapat menolak kehadiran gadget, tetapi dapat mengelola penggunaannya sesuai kebutuhan dan batasan.

Sebagai contoh:

- pendaftaran sekolah dari berbagai jenjang dilakukan secara online 

- saat pelaksanaan ujian kenaikan kelas atau kelulusan sekolah, para siswa menggunakan handphone sebagai prasarana 

- untuk menyelesaikan proyek menulis atau membuat tugas berbasis digital, siswa menggunakan handphone sebagai penunjang 

- dalam hal mencari pekerjaan atau menjalankan bisnis online, keberadaan handphone juga amat dibutuhkan

Dari contoh-contoh di atas, orang tua tidak dapat menafikan gadget sebagai bagian dari kehidupan saat ini. Untuk itu, orang tua tidak dapat benar-benar menjauhkan gadget dari diri mereka ataupun dari jangkauan anak-anak.  

2. Gadget dapat menjadi masalah

Sebagai bagian dari teknologi, gadget tidak lepas dari potensi dampak kurang baik bagi manusia. 

Yang terbaru dan sangat memprihatinkan adalah kasus anak usia 10 tahun yang melakukan aktivitas seksual bersama rekannya; serta siswa kelas 5 SD yang melakukan aksi bunuh diri begitu handphone miliknya dijual sang ibu.

Ini belum termasuk kasus anak yang depresi berat, gangguan kesehatan mata, gangguan saraf, gangguan kejiwaan, bahkan jerat judi online.

3. Bijak dalam menggunakan gadget 

Tak ada yang salah dengan teknologi jika masyarakat penggunanya dapat bersikap bijaksana. 

Tidak menukar kehadiran orang tua dengan gadget|foto: dokumentasi pribadi 
Tidak menukar kehadiran orang tua dengan gadget|foto: dokumentasi pribadi 

Dalam kesempatan bincang parenting tersebut, ibu Anniq membagikan tips agar orang tua dapat mengelola penggunaan gadget bagi anak-anaknya.

- anak harus memahami konteks kepemilikan gadget adalah orang tuanya, anak-anak hanya sebatas hak menggunakan 

- memberikan batasan/kontrol kepada anak tentang screen time (waktu bermain gadget), misalnya satu jam per hari 

- informasikan kepada anak bagaimana risiko menggunakan gadget di luar batas yang diperbolehkan 

- membersamai anak balita dan tidak menukar kehadiran orang tua dengan gadget 

- sediakan waktu untuk mendampingi anak saat belajar agar mereka tidak merasa diabaikan 

- perkenalkan anak pada alat permainan tradisional, antara lain: cublak-cublak suweng, gundu, tali karet, dan bola bekel.

- berikan anak jadwal bermain di luar rumah bersama saudara atau teman-temannya, misalnya setiap jam 4 sore

- ajak anak dalam kegiatan minggu pagi bersama orang tua, bisa jogging, senam, atau bersepeda 

Bersama narsum| foto: dokumentasi pribadi 
Bersama narsum| foto: dokumentasi pribadi 

Melihat banyaknya kasus penyalahgunaan gadget di masyarakat dewasa ini, menjadi "alarm" bagi para orang tua. 

Kuncinya adalah tidak menggampangkan segala sesuatu yang berada dekat dengan anak-anak. Sikap aware akan jauh lebih dibutuhkan daripada sikap shock culture yang mendorong orang tua bersikap FOMO (fear of missing out) atau takut ketinggalan zaman.

Anak-anak adalah karunia yang berharga. Anak-anak adalah calon penerus bangsa. Menjaga mereka akan menjadi tanggung jawab yang sangat amat penting bagi kedua orang tuanya. Mari terus semangat!

***

Kota Kayu, 6 Oktober 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun