Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Anak Remaja Menggilai Idol Korea? Ini Tips agar Anak Tetap Berprestasi di Sekolah

1 Juni 2024   06:13 Diperbarui: 2 Juni 2024   17:43 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Om dan Tante|foto: dokpri

Zaman kekinian, sangat lazim kita temukan anak remaja yang mengidolakan bahkan menggilai idol dari negeri ginseng sana. Nah, apakah hal ini membuat orang tua cemas dengan prestasi sekolah anaknya?

Awalnya, saya pun merasa demikian. Sebagai seorang ibu yang senantiasa mendidik ketiga anak kami dengan disiplin, demam K-pop terasa cukup meresahkan.

Berbagai kekhawatiran menghinggapi pikiran. Ketakutan akan dampak buruk yang menjangkiti pecinta budaya asing ini kian menghantui. Apalagi saya termasuk pribadi yang over thinking.

Di satu sisi, saya berusaha berpikir lebih positif bahwa anak kami pasti memahami batasan yang diberikan kepadanya. Pada dasarnya dia sudah dilatih untuk bertanggung jawab dengan pilihannya.

Waktu terus berjalan. 

Meski jam belajar di sekolah menyita waktunya, si sulung tetap menyempatkan diri membaca komik Korea (manwha). Bahkan sedikit-sedikit yang dibicarakannya tidak jauh dari tokoh penyanyi idolanya: Sunghoon dan Jake.

Salah satu member ENHYPEN, Sunghoon (enhypenfanbase dari tumblr.com)
Salah satu member ENHYPEN, Sunghoon (enhypenfanbase dari tumblr.com)

Sedih? Sudah pasti. 

Namun untuk mengambil sikap paling tepat, saya harus benar-benar teliti. Jangan sampai cara yang saya terapkan justru akan membuatnya sedih atau merajuk. Maklum, anak perempuan seringkali lebih melow dan perasa. Dan lagi, tentunya tidak mudah bagi si sulung untuk menerima teguran dari orang tua. 

Saat ini pesona K-pop benar-benar tengah melanda dunia. Genre musik ini bahkan menambah pendapatan negaranya hingga miliaran euro per tahunnya.

Di negara seperti Jerman, sudah berdiri kelompok-kelompok penggemar berat idol K-pop. 

Di kota Frankfurt, yang merupakan tempat tinggal mayoritas komunitas Korea di Jerman, menjamur salon-salon perawatan kulit ala Korea. 

Festival K-pop skala besar pertama di Eropa, bahkan diadakan di kota ini dengan dihadiri 70.000 penonton. Pendapatan dari genre musik ini telah dunia

Maka, hal yang pertama saya lakukan adalah menerima kenyataan bahwa anak sulung kami berhak menentukan pilihannya. Dia boleh memilih apa yang disukai menurut seleranya. Baik hobi, maupun jenis hiburan yang menurutnya menarik.

Lagipula, penting bagi anak yang beranjak remaja untuk mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari orang tuanya. Ini akan menumbuhkan rasa percaya diri dan perasaan dihargai. Inilah cikal bakal untuk menumbuhkan empati ke dalam dirinya.

Saya menyadari, sebagai orang tua, saya perlu belajar hal-hal ini lebih dulu agar kelak anak-anak kami dapat meneladani dan nantinya akan menerapkan dalam kehidupannya.

Sebaliknya, jika saya bersikap egois dan memaksakan apa yang menjadi aturan dalam keluarga, saya khawatir dalam diri anak akan timbul dorongan untuk menentang dan "memusuhi". Ini harus dihindari agar hubungan orang tua dan anak tetap hangat tentunya.

Langkah kedua yang saya ambil adalah mengamati dan mengawasi dari kejauhan. Apakah dengan berjalannya waktu, sulung kami mulai menampakkan tanda-tanda yang kurang baik? Apakah perhatiannya kian tersita hingga melalaikan kegiatan sekolahnya?

Untuk meredam ketakutan yang muncul secara alamiah, sesekali dalam interaksi sehari-hari saya memposisikan diri sebagai teman yang ikut merasa senang dengan kegembiraan yang dirasakan sulung kami. 

Saya tidak segan untuk menjadi pendengar saat dia ingin bercerita tentang sosok idolanya. Saya ikut tersenyum bahkan menggodanya.

foto: dokumen pribadi 
foto: dokumen pribadi 

Sebagai contoh, untuk acara lepas pisah di sekolah, sulung kami berinisiatif menyiapkan buket untuk dirinya sendiri. Ini adalah manifestasi dari mencintai diri atau dalam bahasa kekinian disebut self love.

Pada mulanya saya menyarankan untuk memesan buket pada seorang teman yang sudah bertahun-tahun berkecimpung di bidang tersebut. Akan lebih hemat dan praktis tentunya. 

Namun si sulung ingin membuat sendiri dengan tangannya. Ini adalah proyek yang sangat personal dan istimewa, katanya. Dia akan mengerjakannya dengan penuh cinta. Hmm, begitu rupanya.

Baiklah saya setuju saja dan akan mendanai semua kebutuhannya. Saya juga akan menemani si sulung belanja perlengkapan agar dia merasakan dukungan orang tuanya.

Dua hari sebelum hari H, dua buah buket foto telah siap. Saya mengatakan kepada si sulung bahwa saya juga akan memesan taksi online untuk memudahkan membawa ke sekolah. Saya pikir, sedikit menambah pengeluaran tak apa, untuk membuat anak-anak merasa terlindungi.

Demikianlah seorang ibu akan senantiasa memposisikan diri sebagai "suporter" bagi anaknya. Seorang ibu akan sangat peduli pada kenyamanan dan kebahagiaan si buah hati, apapun bentuknya.

Saya memegang prinsip ini sedari dulu untuk menciptakan hubungan yang hangat dan dekat kepada anak-anak. Alhamdulillah, cara ini efektif.

Buah yang manis

Sesuai jadwal yang tertulis pada undangan orang tua, saya hadir mendampingi si sulung dalam acara lepas pisah di sekolahnya. 

Bersama Om dan Tante|foto: dokpri
Bersama Om dan Tante|foto: dokpri

Untuk membuat kesan mendalam, saya sudah berkoordinasi dengan abah (bapak) dan om-nya (adik saya) agar turut hadir pada sesi terakhir. Penting untuk memberikan perhatian khusus pada momen yang terjadi sekali seumur hidupnya, bukan?

Bersama orang tua dan adik|foto: dokpri 
Bersama orang tua dan adik|foto: dokpri 

Acara lepas pisah diadakan di aula sekolah. Saya dan para wali murid duduk sesuai penomoran pada kursi yang disediakan. Ternyata saya diapit dua ibu dari sahabat si sulung. Kami pun semakin antusias mengikuti jalannya acara.

foto: dokumen pribadi 
foto: dokumen pribadi 

Sampai di menit ke sekian, MC acara mengumumkan tiga nama siswa berprestasi yang akan naik ke panggung bersama wali untuk menerima piagam penghargaan.

Ketika nama si sulung disebut sebagai salah satunya, para ibu di sekitar saya mendadak heboh dan menyerukan ucapan selamat. Ramai-ramai mereka memotret dengan kamera ponselnya dan dibagikan ke grup kelas. Luar biasa rasanya. Surprise!

foto: dokumen pribadi 
foto: dokumen pribadi 

Pada hari itu, selain bersyukur, saya juga menarik sebuah kesimpulan penting. Dan pengalaman ini akan saya terapkan juga kepada dua anak kami yang lain nantinya.

Pertama, menghadapi era digital saat ini, orang tua tidak perlu khawatir secara berlebihan yang justru akan "melukai" kepercayaan diri anak. 

Anak remaja pada fase ini, butuh dipercaya dan bukannya dikekang. Mereka mulai melangkah lebih jauh dari sebelumnya untuk mencari jati dirinya, mengekspresikan perasaannya, dan mengeksplor bakatnya.

Kedua, posisi orang tua hanyalah sebagai pengawas, pendukung, dan penggembira belaka. 

Jangan sampai anak-anak mengingatkan kita dengan kalimat: "Aku bukan anak kecil lagi, Maaa...!"

Ingat, orang tua bukan hanya membesarkan anak-anak, tetapi juga menumbuhkan mental yang sehat, mental yang kuat, dan karakter yang baik. Anak-anak adalah hasil karya dari orang tuanya. Ini adalah sebuah kerja yang memerlukan proses, memerlukan cinta, serta tidak lupa doa.

Semoga bermanfaat.

***

Kota Kayu, 1 Juni 2024

Bacaan: https://www.kompas.com/global/read/2022/08/21/173100170/demam-k-pop-melanda-jerman-banyak-komunitas-bermunculan?page=all

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun