Sampai di menit ke sekian, MC acara mengumumkan tiga nama siswa berprestasi yang akan naik ke panggung bersama wali untuk menerima piagam penghargaan.
Ketika nama si sulung disebut sebagai salah satunya, para ibu di sekitar saya mendadak heboh dan menyerukan ucapan selamat. Ramai-ramai mereka memotret dengan kamera ponselnya dan dibagikan ke grup kelas. Luar biasa rasanya. Surprise!
Pada hari itu, selain bersyukur, saya juga menarik sebuah kesimpulan penting. Dan pengalaman ini akan saya terapkan juga kepada dua anak kami yang lain nantinya.
Pertama, menghadapi era digital saat ini, orang tua tidak perlu khawatir secara berlebihan yang justru akan "melukai" kepercayaan diri anak.Â
Anak remaja pada fase ini, butuh dipercaya dan bukannya dikekang. Mereka mulai melangkah lebih jauh dari sebelumnya untuk mencari jati dirinya, mengekspresikan perasaannya, dan mengeksplor bakatnya.
Kedua, posisi orang tua hanyalah sebagai pengawas, pendukung, dan penggembira belaka.Â
Jangan sampai anak-anak mengingatkan kita dengan kalimat: "Aku bukan anak kecil lagi, Maaa...!"
Ingat, orang tua bukan hanya membesarkan anak-anak, tetapi juga menumbuhkan mental yang sehat, mental yang kuat, dan karakter yang baik. Anak-anak adalah hasil karya dari orang tuanya. Ini adalah sebuah kerja yang memerlukan proses, memerlukan cinta, serta tidak lupa doa.
Semoga bermanfaat.