Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rahasia Kematian Nyonya Shane Arthur

14 Februari 2024   17:16 Diperbarui: 14 Februari 2024   20:46 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
yvanrodic.blogspot.com dari Pinterest

Sequel dari Alibi Dokter Grace Alley

Pernikahan adalah kutukan! Aku harus menukar suami dengan kesembuhan putriku. Wanita sialan itu muncul secara tak terduga, mengambil kembali laki-laki yang kucintai, dan membuat kesengsaraan yang panjang...

Tiara menatap halaman pertama sebuah buku, yang ditulis ibunya sebelum meninggal tahun lalu. Tangannya gemetar, seketika hatinya dipenuhi kenangan buruk tentang dokter Grace Alley. Wanita nyentrik itu tak pernah menampakkan diri setelah membunuh nyonya Shane Arthur.

Tiara yakin ibunya menulis semua ini untuk mengusir kekacauan pikirannya. Dia tahu sepanjang hari nyonya Shane Arthur memang lebih banyak murung ketimbang tersenyum. 

Sama seperti dirinya, ibunya terus saja memikirkan hal-hal yang tidak dapat diselesaikan. Nyonya Shane Arthur terus dihantui pertanyaan: bagaimana putrinya bisa melewati masa-masa sulit ini tanpa kehadiran ayahnya; dan bagaimana menjelaskan kepada keluarganya tentang perpisahan mereka?

Tiara mulai menangis. Pipinya dibasahi oleh air mata yang sebenarnya selalu menemaninya sejak ibunya tiada. Ada sekerat kebencian dari matanya karena dokter Grace Alley tega menghancurkan keluarganya. Dia merasa dendam. Dia tak peduli wanita itu pernah menolongnya setelah peristiwa kecelakaan sebelas tahun yang silam., dan sekalipun dia ingat ibunya memohon-mohon untuk itu.

Andai saja malam itu kamarnya tidak dikunci dari luar, dia pasti mendorong kursi rodanya untuk melihat keributan di kamar ibunya. Dia tidak tega mendengar nyonya Shane Arthur berteriak seperti orang gila. 

Ayahnya, tiba di kediaman setelah dia menelepon, disusul para medis dan petugas kepolisian. Saat itu nyonya Shane Artur sudah tidak bernyawa. Dia meraung bagaikan anak serigala kehilangan induknya. Sangat menyayat hati.

Sampai ibunya dimakamkan di desa kelahirannya, dokter Grace Alley tak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Pasti wanita itu sedang bersembunyi, dan menciptakan alibi yang rumit. Apapun itu. Dia semakin yakin dokter Grace Alley bertanggung jawab atas kematian ibunya.

Dokter Grace Alley menemuinya beberapa hari kemudian, menyanggah tuduhan pembunuhan yang dia katakan. Wanita itu tidak mengakuinya, meski dia mendengar dengan jelas ibunya meneriaki dokter Grace Alley, bukan yang lainnya.

Pada akhirnya Tiara menyadari dan berpikir bahwa pelaku pembunuhan tidak mungkin berkeliaran seperti ini. Apakah dia sudah salah menuduh?

*

Dia menekan tombol kursi rodanya dan berhenti di depan pintu kamar ibunya. Sebenarnya ayahnya  meminta dia menyimpan kuncinya, tetapi melarangnya untuk masuk ke dalamnya. 

Tiara menganggap perkataan ayahnya itu tidak tepat ditujukan pada gadis berusia dua puluh dua tahun seperti dirinya. 

Dia yakin dengan masuk ke sana, tidak akan membuatnya kehilangan kontrol dirinya. Dia tidak akan menangis saat menyadari ibunya telah meninggalkannya. Dia yakin bahwa dia cukup kuat untuk menahan emosinya. Bukankah semua orang akan pergi dari dunia ini apapun alasannya?

Dia memasukkan anak kunci di tangannya, memutarnya perlahan, dan mendorongnya sampai terbuka cukup lebar. 

Hampir setahun ini kamar ibunya hanya dimasuki saudara dari ayahnya untuk membersihkan serangan laba-laba atau semacamnya. 

Dia mulai mendorong kursi rodanya, menatap keadaan di dalam. Terasa begitu suram dan sepi. Dia menyalakan chandelier di atas meja rias dan menekan tombol lampu di sisi tempat tidur. Sayang bola lampunya putus dan dia harus puas dengan cahaya yang dipantulkan dari salah satunya saja.

Dia terus menguatkan perasaannya saat melihat foto nyonya Shane Arthur tersenyum di meja riasnya. Dia ke sini untuk mencari bukti lain yang menunjukkan siapa sebenarnya pembunuh ibunya. 

Dia tak habis pikir, bagaimana polisi-polisi itu bisa melepaskan dokter Grace Alley, sekalipun dia yakin ayahnya akan menjadi penjamin yang sangat kuat.

Dia juga menyesalkan tidak adanya saksi yang melihat kedatangan wanita itu pada malam kejadian. Bahkan situasi hujan deras membuat jejak ban mobil siapapun lenyap seketika. Tak ada satu pun bukti yang membantu. 

Dia menggeleng-gelengkan kepalanya saat mengingat pintu utama  yang tak pernah dikunci sejak ayahnya meninggalkan mereka. Nyonya Shane Arthur berkata bahwa ayahnya akan lebih mudah kembali ke pelukan mereka tanpa harus mengetuk pintu dan menunggu seseorang membukanya. 

Dia mengepalkan tangannya, dia benci wanita itu. Dokter Grace Alley telah membuat ibunya begitu terobsesi dan menderita. Ah, andai saja dia tidak harus mengalami kecelakaan saat itu...

Dia memeriksa barang-barang pribadi ibunya. Dia terus mencari sesuatu yang mungkin menjadi titik terang. Dia harus tahu siapa pembunuh sebenarnya. Tetapi dia tidak menemukan barang milik orang lain di sana, persis yang dikatakan petugas kepolisian waktu itu.

Dia menghembuskan napasnya. Dia merasa lelah dan kepalanya mulai pusing. Dia butuh air minum dan dia segera mengambil dari sisi kursi rodanya. Dia menelan sebutir obat seperti biasa untuk membuatnya lebih tenang.

Pernikahan menjadi sesuatu yang sulit. Dia berpikir begitu saat menyandarkan kepalanya. Dengan keadaannya sekarang, tak ada orang yang mau menikah dengannya kelak. 

Dan dia memang memutuskan tidak ingin menikah, lalu terjebak seperti ibunya. Dia tidak ingin menikah dengan pria yang sepuluh tahun tidak mempunyai keturunan, dan menjadi "musuh" bagi wanita lain. Dia tidak ingin pernikahan itu hancur secara mengerikan seperti yang dialami nyonya Shane Arthur!

Tiara tersentak. Dia menemukan sebuah buku kecil di dalam laci. Dia pernah melihat ibunya meletakkan buku ini di meja makan. Dia pikir ibunya mencatat informasi penting dari tempatnya bekerja. Dia mencoba membukanya, dia belum pernah melihat dengan pasti tulisan di dalamnya.

Pernikahan adalah kutukan! Aku harus menukar suami dengan kesembuhan putriku. Wanita sialan itu muncul secara tak terduga, mengambil kembali laki-laki yang kucintai, dan membuat kesengsaraan yang panjang...

Dimulai dari kecelakaan yang menimpanya. Bagaimana bisa gadis sekecil itu menanggungnya, dengan luka-luka yang sangat mengerikan, serta kaki yang patah! Tiara tidak bisa lagi menjadi balerina seperti impiannya. Dia pasti menderita karena ini, dan aku pasti gila memikirkannya!
Hari demi hari aku melihat kegagalan itu semakin nyata menghampiri putriku. Dia tidak bersekolah seperti anak-anak lainnya, dia menjadi minder untuk bertemu orang-orang di luar sana. Dan dia membenci ayahnya karena terpaksa meninggalkan kami.
Ini adalah mimpi paling buruk dalam hidup siapapun. Siapa pun tidak akan kuat menanggungnya. Tak ada orang yang mau mendengarkan keluhan terus-menerus. Cerita sedih yang yerjadi secara nyata namun akan terlihat dibuat-buat.
Dokter Grace Alley, aku membencimu. Aku membencimu karena kau yang menyebabkan kutukan ini!

*

Tiara sampai di bagian akhir tulisan itu. Tiba-tiba dia merasa dadanya sesak dan sulit bernapas. Dia terus tersengal sampai ibunya terbangun di sisi tempat tidurnya. Melihat wajah putrinya pucat dan selang oksigen itu seperti tidak memberi arti apa-apa.

"Sayangku, tenanglah. Kau pasti bermimpi lagi, ya kan?" ibunya meraih tangan putrinya ke dadanya.

"Suster, tolong putriku, kumohon..."

"Nyonya, tenanglah. Dokter sudah memberinya obat agar dia berhenti berhalusinasi. Putri Anda pasti akan sembuh."

Dia mendengar perkataan perawat itu, membuka matanya perlahan, dan melihat wajah ibunya cemas bukan main.

***

Kota Kayu, 14 Februari 2024

Cerpen Ika Ayra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun