Pada akhirnya Tiara menyadari dan berpikir bahwa pelaku pembunuhan tidak mungkin berkeliaran seperti ini. Apakah dia sudah salah menuduh?
*
Dia menekan tombol kursi rodanya dan berhenti di depan pintu kamar ibunya. Sebenarnya ayahnya  meminta dia menyimpan kuncinya, tetapi melarangnya untuk masuk ke dalamnya.Â
Tiara menganggap perkataan ayahnya itu tidak tepat ditujukan pada gadis berusia dua puluh dua tahun seperti dirinya.Â
Dia yakin dengan masuk ke sana, tidak akan membuatnya kehilangan kontrol dirinya. Dia tidak akan menangis saat menyadari ibunya telah meninggalkannya. Dia yakin bahwa dia cukup kuat untuk menahan emosinya. Bukankah semua orang akan pergi dari dunia ini apapun alasannya?
Dia memasukkan anak kunci di tangannya, memutarnya perlahan, dan mendorongnya sampai terbuka cukup lebar.Â
Hampir setahun ini kamar ibunya hanya dimasuki saudara dari ayahnya untuk membersihkan serangan laba-laba atau semacamnya.Â
Dia mulai mendorong kursi rodanya, menatap keadaan di dalam. Terasa begitu suram dan sepi. Dia menyalakan chandelier di atas meja rias dan menekan tombol lampu di sisi tempat tidur. Sayang bola lampunya putus dan dia harus puas dengan cahaya yang dipantulkan dari salah satunya saja.
Dia terus menguatkan perasaannya saat melihat foto nyonya Shane Arthur tersenyum di meja riasnya. Dia ke sini untuk mencari bukti lain yang menunjukkan siapa sebenarnya pembunuh ibunya.Â
Dia tak habis pikir, bagaimana polisi-polisi itu bisa melepaskan dokter Grace Alley, sekalipun dia yakin ayahnya akan menjadi penjamin yang sangat kuat.
Dia juga menyesalkan tidak adanya saksi yang melihat kedatangan wanita itu pada malam kejadian. Bahkan situasi hujan deras membuat jejak ban mobil siapapun lenyap seketika. Tak ada satu pun bukti yang membantu.Â