Aku seolah mendengar lelaki itu mengadiliku tanpa ampun. Tekanan suaranya membuatku merasa sebagai orang bersalah.
"Pak, aku tidak bisa membayar bahan masakan yang tidak segar atau terlalu tua. Bapak tidak bisa memaksa sa..."
Aku terkejut saat menoleh lagi ke dalam. Mataku membesar dan aku menutup mulutku yang ternganga.Â
Dua ekor burung pemakan bangkai berdiri menunggu di tempat lelaki itu tadi duduk. Terlihat bungkuk, tua, dan botak. Sepertinya mereka sepasang jantan dan betina.Â
Tunggu! Aku mengenali benda yang tergantung di leher burung betina. Itu adalah liontin yang sama dengan yang biasa digunakan Bu Mar.Â
Ya Tuhan... Â Apakah sebenarnya mereka bukan manusia? Apakah mereka vulture, si burung pemakan bangkai jadi-jadian?
***
Kota Kayu, 8 Januari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H