Sejak desa Hopecountry tercoreng namanya, aku dan Storm seperti hidup di neraka. Orang-orang mencibir dengan ocehan yang tak semuanya mereka ketahui.
"Sudah terlambat untuk mencintai Isaura!" tukas ibu mertuaku. Saat mendengar kabar Isaura akan dijemput ibunya pagi ini, beliau buru-buru berkunjung.Â
Sejak awal, ibu suamiku selalu mendukung gadis itu. Bahkan dia sudah seperti malaikat pelindung bagi Isaura. Tidak heran bila ia terus menyindir seperti itu.
Sebenarnya aku hanya sedikit khawatir tentang siapa yang akan membantu untuk membereskan  pekerjaan rumah.Â
Awal kesulitan ini disebabkan nona Lynn muncul secara tiba-tiba. Dia mengaku diutus pihak sekolah untuk membantu Isaura belajar selama proses pemulihannya.Â
Aku benar-benar  menyesal sudah menerimanya tinggal bersama kami. Ternyata itu hanyalah cara untuk memata-matai kasus kekerasan yang dilakukan Storm. Dan sialnya, dia berhasil menemukan jati diri Isaura.
"Sayang, ayo berpamitan pada Nyonya Bake dan saudara-saudaramu!" katanya dengan senyum menyebalkan.Â
Gadis itu melangkah ke arahku dan memeluk cukup lama, sampai aku merasa dia sebenarnya tak ingin pergi bersama ibu kandungnya.Â
"Mama, kami akan datang lagi untuk merayakan tahun baru bersama kalian. Terima kasih telah merawat dan mencintaiku selama ini. Aku sayang kalian..."
Itu tidak benar! Aku tidak pernah menganggap Isaura bagian dari keluarga ini.Â