Gadis kecil itu bernama Jesika. Usianya baru tujuh tahun. Jesika cantik dan periang. Sayang, dia harus kehilangan ibu dan ayah yang dicintainya.
"Jika kau ingin pergi, jangan bawa Jesika!"
"Tetapi aku ibunya!"
"Meskipun kau ibunya! Sebab kau yang menghendaki semua ini!"
*
Jesika memejamkan matanya, sambil memeluk erat guling di sisinya. Air matanya bergulir. Hatinya sangat sedih mengingat percakapan kedua orang tuanya beberapa waktu lalu.
Jesika merasa tidak beruntung lahir di tengah-tengah mereka, bahkan kini ia harus tinggal dengan sang bibi. Apakah ayah dan ibunya tidak bahagia dengan kelahirannya?
Pertanyaan itu terus memenuhi pikiran Jesika hingga akhirnya ia pun tertidur.
*
Di dalam mimpinya Jesika berjalan menyusuri padang rumput yang hijau. Dia melihat bunga-bunga liar beraneka warna mekar di sana-sini. Jesika sangat senang berada di tempat itu. Seketika kesedihannya hilang berganti senyum riang.
"Aku suka tempat ini! Aku ingin tinggal di sini!" serunya tanpa sadar.
Seekor kupu-kupu terbang melintas di dekatnya. Â "Cantik sekali," gumamnya. Belum pernah Jesika berada pada jarak sedekat ini dengan kupu-kupu.
Jesika berjalan dengan penuh semangat, terus melangkahkan kakinya dan tak ingin berhenti.Â