Nyonya Almaide menyadari belum puas mendampingi tuan Pieter semasa hidupnya. Dia pun semakin dibelenggu rasa bersalah.
Tapi waktu tidak bisa diulang. Suaminya telah abadi di alam sana. Dia tidak pernah bisa kembali untuk memperbaiki semuanya.
***
Selintas tercium wewangian yang sangat dia kenal. Hmm... dia menikmatinya.
Tuan Pieter biasa meletakkan botol minyak wangi di sudut-sudut kamar mereka. Wewangian jenis floral dengan sedikit aroma manis itu sangat romantis untuk menggoda mereka berdua sebagai suami-istri.
Seringkali dia menolak suaminya karena perasaan sedih dan cemas yang ditanggungnya.Â
Tuan Pieter sadar seharusnya nyonya Almaide ditangani seorang ahli. Tapi apa boleh buat.
Dengan lembut suaminya menghibur nyonya Almaide agar melupakan peristiwa apapun yang tidak disukainya hari ini.Â
Masalah tagihan, kondisi perusahaan, atau tentang si bungsu Ellis yang lagi-lagi terserang demam.Â
Segalanya akan terjadi mengikuti takdir yang ditentukan. Demikian tuan Pieter membujuk sambil menghapus air mata istrinya.
Wanita itu kemudian menangis.
"Kau bahkan memahami permasalahan dalam kepalaku,"Â gumamnya.Â