Manusia selalu menengadahkan wajahnya, berdoa memohon kebahagiaan. Mereka takut untuk menghadapi sebuah penderitaan. Lemah untuk bertahan seperti yang selalu kujalani.
Sungguh, aku terbang sejauh takdirku seperti mereka menyelamatkan hidupnya. Keluar dari pintunya untuk menafkahi istri dan anak-anak mereka.
Ada kalanya aku menggigil kedinginan, namun aku berusaha bertahan sampai semuanya menjadi lebih baik. Dan kelaparan, karena beberapa makananku tiba-tiba sulit ditemukan.
Pada saat-saat seperti itu aku menjadi termenung. Manusia memperlakukan hidupnya secara mengejutkan.Â
Manusia selalu menengadahkan wajahnya ke langit, menginginkan kebahagiaan. Mereka takut untuk menghadapi sebuah penderitaan. Lemah untuk bertahan seperti yang selalu kujalani.
Tapi mereka senang melakukan kerusakan, dan mereka lalu melupakannya.Â
Mereka membuatnya, kemudian menganggapknya sebagai angin lalu. Sementara aku dan yang lainnya, bisa kehilangan kehidupan kami.
Entah sudah berapa mil jauhnya, aku terusir dari tempat asalku, Â dan sedikit luka di kaki yang rasanya membuat mataku ingin menangis.
Aku mendengar suara senapan yang diarahkan pada kawanan kami. Terdengar menakutkan seperti sebuah pembantaian. Siapa yang harus mati, dan siapa yang mampu bertahan, maka dia akan selamat.
Aku telah meninggalkan pasanganku. Saat aku kembali dan memeriksa, aku tidak menemukannya. Juga di tempat dia menaruh telur-telurnya, aku tak menemukan sama sekali.