Setiap orang menyadari dirinya mempunyai pasangan. Mereka senang berlama-lama di kamar mandi, melumuri dirinya dengan sabun beraroma bunga sampai dia tahu dirinya benar-benar wangi.Â
Laura selalu melakukan demikian. Bahkan sesampainya dalam kamar, dia mengoleskan lotion ke tubuhnya dan merapikan rambutnya.
Dia sudah memastikan dapurnya memiliki persediaan gula serta jenis teh yang disukai Frans. Tetapi hari ini dia tidak punya waktu menyiapkan makanan kecil untuk mereka nikmati bersama.
Laura tersenyum kecil.
Dia sendiri tidak memahami mengapa seikat bunga rose yang dibawa suaminya sangat menawan hatinya. Padahal dari gajinya dia bisa membeli sendiri bahkan dengan pilihan yang lebih baik.
Mereka selalu menikmati waktu intim dengan saling mencumbu. Anak-anak mereka tak pernah mengetuk pintu. Atau Frans tak pernah merusak suasana dengan bertanya, bertemu siapa saja hari ini? Apa bosmu lebih tampan dariku? Siapa pria yang mengucapkan selamat malam di telepon saat aku muncul dari kamar mandi?Â
Laura memang tak suka laki-laki banyak omong. Baginya komitmen dalam perkawinan adalah nomor satu. Ketika kau sudah tidak menyukai pasanganmu, tinggalkan dia dan jangan menciptakan masalah.
Tetapi Katty, adiknya, tak seberuntung itu. Dia terus mendapat kekangan dan tuduhan tanpa bukti dari suaminya. Sepertinya dia tinggal dalam neraka karena suaminya juga tak mau menceraikannya.
Setiap orang bangun dengan tersenyum karena semalam tidur dalam pelukan pasangannya. Dia mendapatkan rasa percaya diri karena semua baik-baik saja dan rutin melakukan liburan keluarga.
Tetapi pagi ini Laura terdiam di jendela kamarnya. Tidak ada lagi semua yang pernah dia rasakan bersama Frans. Ciuman atau sekedar kalimat pujian. Suaminya kini jatuh dalam pelukan wanita lain tanpa sedikitpun peduli tentang pernikahan mereka.
***
Kota Kayu, 3 Januari 2023
Cerpen Ayra Amirah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H