Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bawa Aku Menari Bersamamu

31 Desember 2022   09:33 Diperbarui: 31 Desember 2022   09:40 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tierdropp.tumblr.com

Sudah kukatakan pada diriku, jangan menangis. Sebab mereka tidak akan mengerti. 

Aku benar-benar telah jatuh cinta kepadamu, dengan alasan apapun. Rela menghabiskan waktu memikirkanmu. Dan kurasa hatiku berkilau-kilau seperti bintang malam.

Aku menjadi hebat dan kuat. Tidak lagi cengeng. Tidak suka mengeluh. Kau suka.

Kau berbinar melihat senyumku, yang tergeletak di atas daun-daun murbei. Menempel di sana, sepanjang musim.

Hari-hariku penuh semangat. Penuh energi untuk melompat. Berkelana tanpa kelelahan. 

Saat itu hidupku hampir tidak ada bedanya dengan suara terompet tahun baru. Meriah dan renyah.

Lalu sesuatu terjadi, sesuatu memisahkan kau dan aku.

Sedihnya. Kita tak lagi bergandengan tangan. Mereka tak lagi berbisik iri. Keraguan tentang kita seakan terjawab.

Kau tiba-tiba lenyap, lepas dari genggaman tanganku. Seperti dongeng tentang matahari yang pulang ke peraduannya. Tak bisa ditunda walau hanya semenit.

Aku terus mencari dengan sisa tenagaku. Tapi aku tak menemukanmu. Dimana kekasih yang dulu memujaku?

Sebuah ruang gelap tercipta ketika aku menangisi kepergianmu. Di tengah-tengah derai air mata, kusaksikan dunia menjadi gelap. Benar-benar gelap dan hitam.

Apakah mata ini berubah buta? 

Untuk beberapa lama aku tertidur. Sepertinya hanya itu yang bisa dilakukan orang yang putus asa. Mencoba melupakan sesuatu yang baru terjadi.  

Samar kudengar kau membisikkan namaku. Seolah tak ingin yang lain terbangun. Kau mengajakku ke suatu tempat.

Aku terpana. Pohon-pohon ditiup angin semilir. Burung terbang melintasi bukit tanpa ilalang. Aku melayang.

"Ulurkan tanganmu ke atas seperti ini," katamu. "Pejamkan matamu dan rasakan tarikan nafasmu. Perlahan ayunkan mengikuti irama di telingamu."

Aku menuruti semua kata-katamu. Aku melakukan semuanya sebaik mungkin. Aku tak ingin membuatmu marah, lalu pergi meninggalkan kepingan hati yang dipenuhi namamu.

Perlahan aku mendengar suara tetabuhan. Aku melakukan tarian yang sama dengan mereka. Orang-orang dari zaman yang tak kukenal. 

Aroma magis menguar masuk, menekan saraf otak.  

Orang-orang terus menari. Sesekali riuh oleh lolongan dan hentak kaki.

Kau mendekap ragaku. 

Darahku bergolak, napas terengah, detak jantung lari gemuruh. 

Aku tetap memejam mata. Seperti kau tidur dan bermimpi.

Bawa aku menari bersamamu.

HAPPY NEW YEAR 2023

Kota Kayu, 31 Desember 2022

Cerpen Ayra Amirah untuk Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun