Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Now It's Tea Time, Can You Imagine?

12 Desember 2022   19:59 Diperbarui: 12 Desember 2022   20:11 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/6WX9teZ 

"Mari duduk sini. Sudah waktunya menikmati minum teh buatan istri."

"Mungkin sebentar lagi."

"Tapi teh ini akan segera dingin."

"Dan aku tidak membutuhkannya!"

Aku diam, berusaha mengerti perasaan suamiku.

Ini adalah teh dengan kualitas terbaik. Aku sudah menyeduhnya dengan suhu paling tepat. Menunggu dengan waktu yang semestinya. Tidak kurang, tidak lebih.

Kau membeku, tapi setidaknya kau pasti mencium aroma segar yang menggugahmu. Meninggalkan pekerjaanmu sebentar saja.

"Baiklah, aku sudah menunggumu."

"Aku tak punya waktu."

"Kau jangan keras kepala! Kau berusaha meyakinkan bahwa semua baik-baik saja."

Kau dan aku terdiam lagi.

Bekerja seharusnya membuat orang bahagia. Tetapi kau menjadi sangat kacau akhir-akhir ini. Perusahaanmu memberi masalah, ditambah lagi ayahmu berpulang pekan lalu. 

Siapapun pernah berada dalam kemalangan. Yakin saja itu.

Setiap pagi aku mengecup bibirmu agar kau membuka mata. Aku juga menarik pengikat piyama-mu agar kau segera mandi. Lalu menghabiskan sarapan dalam kebisuan.

Kau mungkin tak sadar, wajahmu penuh kerutan belakangan ini. Matamu layu, dan wajahmu suram.

Kau selalu mengira kau yang nomor satu di sana. Pegawai yang dicintai dengan gaji lebih besar dari yang lainnya. Itu omong kosong. Sekarang mereka memusuhimu.

Coba kau ingat lagi. Hanya ada satu jalan setelah semua sampai di tangga teratas. Jalan untuk turun. Dan ingat juga bahwa setiap kejayaan akan runtuh.

"Benda ini sangat menyita waktumu. Kita minum teh, lalu kau boleh bekerja lagi." 

Aku menutup laptop di depanmu. Memijat pundakmu sebentar, berharap kau meyakini aku benar.

"Ini waktunya minum teh. Kau harus membuat pikiranmu santai. Jangan biarkan setan dalam hatimu berpesta. Aku tahu kau bekerja dengan perasaan dendam."

"Baiklah, kalau kau ingin aku menyenangkan hatimu," akhirnya kau mau beranjak.

"Nikmati ini, white tea untuk kesegaranmu."

"Apa aku terlihat buruk?"

Aku menatapmu, berusaha meghangatimu dengan senyum tulus, dan menggenggam sebelah tanganmu.

"Kau ingin kebenaran akan membelamu, bukan? Tunggu saja, waktu tidak akan menyia-nyiakan harapan kita. Semua akan datang pada waktunya.

"Mengapa kau tak mencari pria lain saja?"

Aku hampir tersinggung, tapi kulihat kau meneguk isi gelasmu. Semoga kau segera merasa lebih baik.

"Aku tidak akan membiarkanmu sendirian di tengah badai. Kau adalah suami sekaligus ayah yang sangat bertanggung jawab untuk kami."

Kulihat kau tersenyum, dan menatapku lembut. Ini ajaib.

Semoga kau segera bangkit.

Now it's tea time
Could you imagine being so messed up
Thinking you're number one
Pretending that you're the one

***

Kota Kayu, 12 Desember 2022

Cerpen Ayra Amirah untuk Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun