Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kelas Minum Teh yang Rumit

9 Desember 2022   04:53 Diperbarui: 9 Desember 2022   05:04 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika kamu mengira Tiger adalah orang yang baik dan tampan, aku pun merasa demikian saat jatuh cinta kepadanya. Terutama cara laki-laki itu menghiasi dirinya dengan baju rapi dan bersih, ditambah senyumnya yang simpatik, siapa yang akan menolak lamarannya? 

Baru aku tahu saat benar-benar menjadi istrinya. Tiger mungkin bukan laki-laki menawan seperti yang kuimpikan sebelumnya. 

"Haah?"

Bayangkan saja, dari lima belas tahun kami menikah, hal yang paling sulit kuterima adalah aturan Tiger tentang membuat teh. Bagaimana menyajikannya dengan sempurna di hadapan tamu-tamu Tiger, tanpa cela dan tanpa kesalahan sedikit pun.

Baca juga: Cangkir Antik Nenek

"Bukankah itu mudah?"

Aku menggeleng. 

Ini bukan soal menyeduh teh racik yang dikeringkan. Kamu hanya perlu menempatkannya dalam penyaring lalu menambahkan air panas ke dalamnya. Atau menyiapkan cangkir teh dengan satu sendok gula di dalamnya, lalu mencelupkan kantung teh yang tersedia di banyak supermarket. Ini akan menjadi bab paling cepat untuk dibahas dalam pernikahanmu.

"Lalu?"

Kamu akan mengikuti kelas membuat teh yang rumit setiap hari untuk memahami keunikan masing-masing teh. Bisakah kamu mempercayainya?

Hampir setiap hari, dia berada di dapur untuk mengajariku, dan mengenalkan ratusan bahkan ribuan jenis teh di seluruh dunia, tak peduli apakah aku merasa bosan mendengarkannya, atau tidak.

Tiger juga melarangku menuangkan teh secara kidal. Mengharuskan ada bunga segar di atas meja saat itu, dan mengganti tampilan meja setiap hari.

Pada tahun pertama pernikahan kami, Tiger mengatakan budaya minum teh adalah sesuatu yang sangat penting untuk relasi dan juga persahabatan. Untuk itulah dia mempelajarinya, dan aku pun harus melakukan yang sama.

Saat kami berada dalam masa bulan madu, dia mengejutkanku dengan menunjukkan lebih dari dua ratus cerek air panas miliknya. 

Tiger benar-benar mengoleksi beragam model teko yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Mulai dari yang lucu, elegan, sampai yang sangat klasik. Tiger mendatangkannya bahkan dari berbagai negara.

"Wow! Itu sangat keren!"

Aku menutup mataku, teringat dan terbayang tahun-tahun berlalu.

Tiger sangat suka teh warisan suku tua yang menjadi budaya selama berabad-abad lamanya. Ivan chai, mungkin kamu belum mendengarnya. 

Saking sukanya, dia mengajariku bagaimana memilih daun muda tumbuhan Chamaenerion angustifolium, (hmm, sangat susah menyebut namanya). Lalu menggiling dengan prosessor yang ada di setiap rumah. 

Jika memungkinkan, kamu dapat mengeringkannya dengan sinar matahari alami, atau memasukkannya ke dalam oven bersuhu 110 derajat celcius selama 20 menit. Lakukan juga dengan bunganya. Dia tidak akan menjadi gelap, tetap berwarna ungu dan memesonamu.

"Apa alasan suamimu sangat menyukainya?"

Tentu saja karena ivan chai adalah jenis teh herbal yang terpercaya. Cita rasa yang sangat lembut dan tidak akan membuatmu ketagihan, tetapi memiliki aroma yang baik.

Jika kamu teratur menikmatinya, teh ini tidak hanya meningkatkan energi tubuhmu, tetapi juga meremajakan tubuh, mengurangi kelelahan, dan meningkatkan imunitas. 

Tiger juga mengatakan ivan chai bersifat non kafein, taurin, purin, asam oksalat atau asam urat. Yang kusebutkan ini berdampak buruk pada metabolisme dan fungsi otak, sangat berbahaya bagi sistem pencernaan, serta dapat menyebabkan perkembangan batu ginjal.

"Kau bilang ada banyak teh yang dia ajarkan ..."

Aku menuang teh untukmu. 

Uapnya tampak mengepul di atas gelas membentuk gulungan yang menarik.

Sengaja kupilihkan jenis teh yang dibuat dari mahkota bunga mawar. Kandungan vitamin C dan E di dalamnya sangat penting bagi kecantikan. Selain itu juga berfungsi menenangkan pikiran dan gangguan kecemasan yang kau alami akhir-akhir ini. 

Kamu pasti menyukainya karena teh bunga ini memiliki aroma yang sangat harum, rasanya lembut di lidah. 

Hmm...

Di tahun kelima pernikahan, Tiger benar-benar membawaku ke Jepang dan menikmati teh dengan atmosfer yang autentik. Aku masih ingat saat itu kedai Sakurai mengadakan workshop dan kami mendapat diskon khusus untuk itu.

Ada satu lagi yang ingin kukatakan. Ini teh pilihanku yang mungkin berbeda dengan favoritmu. 

White tea, yang dibuat dari pucuk daun Camellia sinensis yang sangat muda dan masih berupa gulungan.

Jika kamu melihatnya dengan baik, akan ada rambut-rambut sangat halus berwarna putih keperakan. Pada saat pucuk daunnya dipetik, harus dihindarkan dari sinar matahari.

Aku menyukainya karena white tea sangat istimewa. Rasa tehnya yang lebih segar, lembut, dan aromanya lebih harum.

Dibandingkan dengan green tea, white tea memiliki kandungan katekin (antioksidan) yang lebih tinggi yaitu sebanyak 14.40 - 369.60 mg/g. Sedangkan green tea hanya memiliki 21.38 - 228.20 mg/g.

"Kurasa kau benar. Pelajaran tentang teh, cukup membosankan. Aku ingin pamit pulang saja."

Aku mengantarmu sampai ke pintu. 

Tapi saat kau melewati pigura besar di dinding, langkahmu terhenti dan wajahmu berubah suram.

"Aku turut berduka dengan kepergian Tiger. Percayalah, dia laki-laki menawan yang sangat tepat untukmu.

Aku mengangguk kecil. Dunia memang sempit. Setelah dia menceraikanmu, sahabatku, dia menikahiku selama lima belas tahun, juga tanpa meninggalkan seorang anak untuk mewarisi kedai teh kami.

***

Referensi: https://youtu.be/b7j_9FCQC18

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Chamaenerion_angustifolium

Kota Kayu, 9 Desember 2022

Cerpen Ayra Amirah untuk Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun