Aku membuka satu demi satu file di sana. Ada banyak foto-foto Jane dan keluarganya. Dan hanya dua foto bersama Tom, pacarnya. Tapi kenapa?
Aku terus membuka dokumen milik Jane dengan perasaan setengah bersalah. Maafkan aku, Jane. Aku melakukannya tanpa izin. Tapi polisi-polisi itu memerlukan bantuanku.
Nah, coba lihat! Sebuah diary...
November 12th
Saat ini aku begitu bimbang, sedih, dan juga kecewa. Tapi aku terlanjur memuji-muji Tom di depan Jassy. Ternyata dia pria dewasa yang payah. Dia berusaha menggodaku malam itu.
November 27th
Tom menciumku, dan mulai nakal dengan tangannya. Bagaimana caranya mengatakan hal ini pada sahabat sekamarku? Aku ingin mengakhiri hubunganku tetapi Tom mengancam akan membunuhku. Oh, Tuhan!
December 3rd
Aku menyesal telah mengelabui penjaga asrama. Selalu rela memanjat plafon namun faktanya Tom adalah pria pencemburu. Dia berusaha memiliki apa yang bukan menjadi haknya. Kuharap kami segera putus, ya Tuhan....
*
Setiap nyawa, pasti berharga. Dan kematian Jane telah membuka kesadaranku tentang cinta pertama yang membabi-buta.
Meski aku tak mendapat izin untuk memasuki ruang sidang, namun aku puas dengan keputusan hakim.Â
Tom dinyatakan bersalah atas kasus pembunuhan dengan pelecehan seksual terhadap Jane. Hasil visum dan ancaman membunuh yang tertulis dalam laptop pribadi Jane membawanya pada hukuman yang pantas.
Aku beranjak meninggalkan area pemakaman. Selamat tinggal, Jane. Semoga arwahmu tenang di sana.
***
Kota Kayu, 5 Desember 2022
Cerpen Ayra Amirah untuk Kompasiana