Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jane Ditemukan Sudah Tak Bernyawa

2 Desember 2022   13:03 Diperbarui: 3 Desember 2022   05:55 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jantungku berdegup kencang. Darah mengalir cepat. Apa yang harus kukatakan?

Malam itu polisi membawaku untuk dimintai keterangan. Seisi asrama menatap dengan nanar. Setelah dua hari Jane tidak berada di kamarnya, akhirnya aku terjebak dalam masalah. Ya ampun!

Di kantor, petugas menunjukkan foto ketika Jane ditemukan dan itu lebih mengagetkan lagi. Dia terbaring di atas tanah dengan mata dan mulut terbuka. Sepertinya dia mati secara perlahan dan begitu menderita. Tapi siapa yang tega melakukannya?

"Dia mengalami pelecehan seksual, Nona. Apa Anda tahu siapa kira-kira pelakunya?"

*

Bulan purnama bersinar terang. Laki-laki bertubuh jangkung terlihat menunggu dengan perasaan gelisah. Dia hanya membeku, sampai sebuah taksi datang dan gadis berambut coklat menyembulkan kepalanya di jendela.

Baca juga: Petaka Sebuah Malam

Ya, itu Jane, teman kamarku. Mereka berbicara sebentar, lalu laki-laki itu ikut masuk ke dalam taksi yang membawa mereka entah ke mana. 

Malam sudah cukup larut. Suasana jalan terlihat mulai sepi. 

Di tengah perjalanan, Jane mengadu bahwa ponselnya terjatuh dari tempat tidur bertingkat di asrama. Dia berharap pacarnya bisa membantunya membelikan yang baru.

"Sayang, bukankah kita baru saja membeli sepatu roda impianmu? Kita harus menunggu sampai aku mendapat fee berikutnya ..."

Jane cemberut dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya memandang kosong ke depan. Dia tidak menyangka orang yang dia anggap baik hati, sangat perhitungan untuk membuatnya senang.

"Tom, minggu depan ujian semester dimulai. Sebaiknya kita tidak bertemu dulu, yaa ..."

Laki-laki itu menatap lekat-lekat pada Jane. Entah mengapa dia merasa Jane hanya mencari alasan. Dia yakin Jane ingin mempunyai ponsel baru secepatnya karena adanya laki-laki lain yang belakangan ini sering menghubunginya. 

"Aku ingin pulang saja. Aku tak ingin terlambat sekolah besok."

"Sayang, jangan merajuk begitu. Bukankah kau ingin melihat keindahan purnama berdua denganku? Kau sendiri yang bilang begitu beberapa hari yang lalu."

Akhirnya sampailah mereka di daerah terpencil yang konon menjadi spot terbaik untuk  menyaksikan milky way atau sekedar bulan purnama. Mungkin karena ini hari Kamis, tak ada warga lain yang datang seperti biasanya. 

"Kurasa aku sedang tidak mood untuk bersantai," kata Jane memecah sepi. 

Laki-laki itu mulai merasa kecewa dengan sikap kekasihnya.

"Baiklah, besok aku akan meminjam uang temanku lalu kita akan membeli ponsel baru yang kau inginkan, yaa?"

"Tidak perlu. Aku sudah tidak mengharapkannya!" sahut Jane dingin. 

Laki-laki jangkung itu seperti tersulut api. 

"Apakah karena mahasiswa bernama Wong?" katanya dengan suara aneh.

Jane tersentak. Bagaimana Tom bisa tahu?

"Kau sudah mengkhianatiku!"

Tiba-tiba dia menggeliatkan tubuhnya, menarik otot-ototnya kuat-kuat sampai Jane terkaget. Kulitnya mulai ditumbuhi bulu-bulu halus, dan telinganya tumbuh memanjang ke atas.

Jane sangat kaget dan sekaligus takut. Wajahnya berubah pucat. Mengapa Tom bisa berubah menjadi manusia serigala? 

Jane bergerak mundur, tapi Tom terus menakutinya dengan seringai liar. 

"Jangaaan... jangan sakiti aku ... !" Jane berusaha menyelamatkan diri.

"Kau tidak perlu lari. Ayo, biarkan aku memelukmu, Sayang ..." 

Tom yang sudah berubah wujud, kemudian melolong panjang di tengah malam. Suaranya bergema sampai ke bukit yang mengelilingi desa-desa kecil. 

Jane gemetar. Dia mulai menangis membayangkan hanya dirinya dan manusia serigala itu di sini.

*

"Aku tahu siapa pelakunya. Tom, pacar Jane sendiri!"

"Nona punya bukti apa, ayo tunjukkan pada kami agar kasus ini segera terungkap."

Jantungku berdegup kencang. Darah mengalir cepat. Apa yang harus kukatakan?

Aku tidak mungkin mengatakan bahwa telah melihat semua kejadian itu dalam mimpi. Itu sama sekali bukan sebuah bukti. Itu konyol!

"Nona, jika kau merasa kasihan dengan arwah temanmu ini, tunjukkan pada kami bukti-bukti yang kau miliki!"

"Oh, maksud saya, saya hanya mengetahui kalau Jane sudah punya pacar, Pak."

Petugas mengeluarkan selembar foto. Aku menatap sekilas.

"Ya, itu Tom, Pak!" kataku tanpa ragu.

***

Kota Kayu, 2 Desember 2022

Cerpen Ayra Amirah untuk Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun