Akhir-akhir ini asrama tempat menampung pelajar luar kota, penuh, kecuali kamarku. Selama dua bulan terakhir sejak teman kamarku pindah ke sekolah lain, tempat tidur di bagian atas itu kosong.
Sebenarnya aku merasa lebih nyaman karena segala sesuatunya tidak perlu dikondisikan. Berganti pakaian, tidak harus ke kamar mandi. Punya camilan banyak, hanya dimakan sendiri. Uang atau barang berharga, tak akan hilang karena lupa menyimpan di lemari.
Tapi sejujurnya tinggal sendirian tanpa ada teman kamar, juga ada terlalu enak. Tidak punya teman ngobrol. Dan lagi, saat sakit tidak ada teman yang sekedar membantu mengambilkan air minum.Â
Di asrama ini, penghuni yang sedang sakit wajib memberitahu penjaga. Lalu informasi ini diteruskan ke semua penghuni. Tujuannya mereka akan bergantian berkunjung untuk membantu ataupun menemani si sakit. Boleh jadi kan, teman kamarnya sedang tidak ada di saat dia membutuhkan sesuatu.
Itulah mengapa ketika suatu hari aku mendapat kabar kedatangan teman kamar yang baru, rasanya gembira dan bahagia. Kami bisa saling mengisi, bahkan saling mewarnai. Terlebih lagi jika selera kami sama dalam banyak hal.
"Halo, namaku Jane. Semoga kehadiranku tidak mengganggumu, yaa. Soalnya, kamu sendirian di sini lalu tiba-tiba aku datang..."
"Oh, sebaliknya, kita akan jadi sahabat!" harapku saat itu.
Dan benar saja, selama beberapa bulan kami menjadi sangat cocok dan akrab. Dia tak pernah mencuri dompet yang tergeletak di tempat tidur saat aku lupa, juga tak penasaran dengan urusan pribadiku.
Aku mulai respek kepadanya, dan menganggap dialah sahabat yang kucari.
*