Oya, soto daging ini diperkenalkan pertama kali oleh orang Tionghoa asli, Lie Boen Po, sekitar tahun 1977.Â
Makanan khas Tionghoa ini bernama caudo, dan diasimilasi ke dalam bahasa Indonesia menjadi soto."
Aku ternganga. Kok bisa?
"Bagaimana cara membuatnya, Ma? tanyaku mulai tertarik.
*
Itulah awalnya.Â
Tapi sayang, rupanya aku dan Ismail tidak berjodoh. Aku dan keluarga harus boyongan mengikuti ayah yang dipindahtugaskan. Suatu hari, aku justru menerima lamaran dan menikah dengan orang lain.Â
Tapi, resep yang pernah diberikan camer sangat berguna sampai hari ini. Ya, aku membuka warung makan di depan rumah. Dan aku membuat ciri khas soto daging Betawi sesuai dengan pesan camer. Sambal yang dibuat dari kacang serta cabai yang ditumbuk kasar.Â
Pelangganku bilang, aroma gurih dan nikmat di warung sotoku tidak ada duanya. Sangat menggugah selera. Daging gorengnya pun empuk, ditambah emping melinjo sebagai pelengkap.
Hmm... mereka ngga tahu aja, camer punya andil besar untuk semua ini. Semoga kapan-kapan camer bisa menemukan keberadaanku.Â
Apa kabar Ismail, yaa?