Keenam, cerita terjemahan dapat membuka wawasan pembacanya. Selain itu, adik-adik pelajar menjadi lebih tertarik mempelajari bahasa asing.
Ketujuh, saya juga menyukai gaya terjemahan karena keindahan kalimat demi kalimatnya.Â
Ini mungkin subjektif, karena menyangkut nilai rasa.Â
Bagi saya cerita terjemahan menjadi unik bila disandingkan dengan bahasa yang biasa kita gunakan sehari-hari.
Bagaimana teknik menulis cerpen dengan gaya terjemahan?
Struktur pembentuk cerpen dengan gaya terjemahan, sama dengan cerpen yang biasa kita temukan. Terdiri dari pengenalan masalah (abstrak), latar cerita (orientasi), masalah (komplikasi), evaluasi, resolusi, serta amanat (koda).
Yang membedakan hanyalah latar tempat yang mengambil budaya dan lokasi negara lain, serta gaya bahasa penulis seakan-akan menerjemahkan cerita ke dalam bahasa Indonesia.
Perbandingan cerpen biasa (berbahasa Indonesia) dengan gaya terjemahan dapat saya contohkan di antaranya:
Di desa itu, nama tuan Peter tidak benar-benar dikenal oleh semua orang. Namun keanggunan Rose terdengar ke seluruh penjuru desa.
Bandingkan:
Meski sebenarnya mereka suami istri, tidak semua warga mengenal Pak Pur, suaminya, tapi mereka semua tahu Mbak Rumi adalah sinden yang paling cantik di desa ini.
Atau,
"Pagi yang indah, Sherlick. Adakah sepotong sandwich kausisakan untukku?" Jhon menyeruak masuk lalu menghempaskan tubuhnya di atas sofa.
Bandingkan:
"Selamat pagi, Susi. Masih ada nasi goreng? Aku lapar karena belum sarapan..." kata Jaenal yang tiba-tiba masuk tanpa mengucapkan salam.
Nah, tertarik mencoba gaya terjemahan dalam cerpen yang kamu buat?