Hampir tidak ada gadis cantik yang rela mengotori tangannya dengan tanah, bukan? Tapi pemikiran seperti itu tidak cocok untuk orang sepertiku.
Aku sudah memulai ini sejak lama. Selama itu pula aku membiarkan diriku terkurung dengan pekerjaan dan melupakan laki-laki manapun yang mungkin jatuh cinta denganku.
Bekerja mungkin membawamu pada kepuasan tersendiri. Ketika di suatu tanggal kau meletakkan bibit lavender Inggris dalam pot, lalu dia mulai mengeluarkan bunga-bunganya di bulan yang lain.Â
Atau saat bangun tidur kau memeriksa tanaman-tanaman itu, lalu menemukan salah satu di antaranya ada yang patah entah oleh apa. Seperti itulah kira-kira.
Hingga suatu saat kau mulai menyadari pengunjung yang datang kesini tidak semuanya merupakan pekerja taman, atau wanita yang ingin menghiasi balkonnya dengan berbagai jenis tanaman hias. Tapi juga sepasang wanita dan pria yang terlibat sebuah romansa.
Awalnya mungkin kau tidak menyadarinya, lalu yang berikutnya juga tidak memengaruhimu. Tapi lama-kelamaan, alam bawah sadarmu menunjukkan respon tertentu. Kamu jealous.
Aku pun seperti itu, aku mulai membayangkan jika aku di posisi wanita itu. Seorang pria mengajaknya berkenalan saat mencari bunga pesanan anaknya.
Di sekolah seringkali anak-anak diajarkan cara menanam untuk mencintai lingkungan hidup. Tanpa itu semua bumi akan terasa lebih panas karena kita kekurangan oksigen.
Aku menduga pria itu tak mempunyai istri karena dia datang dengan baju kantor pada jam makan siang. Dia memilih jenis kaktus seperti yang dipesan putrinya.
Aku sempat berpikir mengapa anak seusianya menyukai kaktus? Jika dia mempunyai ibu, kemungkinan dia akan memilih morning glory karena wanita suka bunga yang mekar dan terlihat cantik.
Di akhir pekan berikutnya, seorang wanita berambut lurus datang langsung dan memesan beberapa bunga untuk diantar ke rumahnya. Pada buku orderan aku menandainya dengan warna hijau yang berarti 'pelanggan baru'. Oya, tertulis di sana namanya nona Ann.
Hampir semua aktivitas penjualan tercatat dalam buku. Mulai dari tanggal, nama pemesan, alamat pengiriman, sampai detil tertentu seperti jenis kendaraan yang digunakan atau keluarga yang dibawa. Termasuk saat salah satu tanaman terjatuh dan pecah karena ulah anak lelaki yang datang bersama neneknya. Begitulah.
Dan suatu ketika pria tanpa istri itu datang pukul sembilan, aku juga mencatatnya dengan keterangan: 'pesan bibit Ercis dua kantung'.
Tanpa sengaja seorang wanita menubruknya dari arah belakang saat dia sedang membayar. Pada akhirnya pria itu dan nona Ann terlihat mengobrol di kursi pengunjung.Â
Selanjutnya aku tidak memperhatikan keduanya karena pelanggan lain berdatangan sampai jam makan siang.Â
*
Tapi bukan itu yang membuatku merasa jealous akhir-akhir ini. Awalnya aku hadir dalam acara reuni sekolah yang diadakan bulan Agustus kemarin.Â
Meski siang sebelumnya aku kelelahan karena banyak paket ekspedisi yang masuk, rasanya mustahil menghindar dengan alasan kurang enak badan sebab teman-teman alumni banyak yang melancarkan bisnisku selama sepuluh tahun ini.
Ternyata hanya aku dan si culun Rein yang masih betah menjomblo, sejauh ini. Masing-masing sudah mempunyai keluarga, bahkan ada yang sudah dua-tiga kali menikah.
Ini bukan tentang mitos aku akan jadi perawan tua atau apapun. Tapi aku mulai menyadari bahwa memiliki keluarga adalah hak dasar yang perlu diperjuangkan. Hari demi hari akan jauh lebih terasa hangat jika kita menikmatinya bersama suami dan anak-anak. Bukankah itu tujuan orang mencari uang?
Keluargaku mungkin pernah menyindir bahwa pundi-pundiku sudah dipenuhi dengan uang, tapi aku tidak mempunyai cara untuk menghabiskannya karena Mike meninggalkanku demi gadis lain. Aku patah hati, sementara Mike bersenang-senang di sana.
*
Pada hari Minggu yang cerah, pria tanpa istri itu datang bersama putrinya yang kemudian kuketahui bernama Sophia. Usianya sekitar sembilan tahun dan sangat manja karena selalu berpegangan pada ayahnya.
"Apakah Tante Ann benar-benar akan datang ke sini?" tanyanya, sambil memainkan ujung rambutnya yang dikuncir dua. Wajahnya sama sekali tidak mirip pria itu, mungkin mirip dengan almarhum ibunya.
"Sabar ya Sayang, Ayah akan mengenalkannya padamu," sahut pria itu.
Dan nona Ann memang datang tidak lama kemudian, lalu mereka pergi bersama setelah menyetujui membeli bunga Ajisai dalam pot besar.Â
Hydrangea adalah nama latin bunga ini yang berarti mangkuk air. Ketika nona Ann bertanya apa warna bunganya, pria itu menjawab warnanya tergantung tanah tempatnya tumbuh. Bisa ungu, biru muda, atau pink.
Aku tersenyum lebar dan membenarkannya. Itulah mengapa orang-orang menganggap Ajisai sebagai tanda kesuburan. Banyak pasangan baru yang membelinya dengan harapan mereka bisa cepat mempunyai keturunan.
Hmm... sepertinya ini bukan yang pertama kalinya seseorang menemukan jodohnya di rumah bunga milikku. Lalu bagaimana denganku sendiri?
Ah, bukankah jodoh datang pada waktunya?
Ketika aku berpikir begitu, tiba-tiba mataku menangkap sosok laki-laki berkacamata di bagian pojok, dekat anakan pinus (matsu).Â
Apa dia sedang mengawasiku?
"Rein?" seruku saat dia mendekat dan membuka topinya.
***
Kota Kayu, 1 Oktober 2022
Cerpen Ayra Amirah untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H