Mbak Lady buru-buru menyalakan sein kiri kendaraan roda duanya, memasang standar, lalu turun dan berjongkok di hadapan seekor anak kucing. Kondisinya sungguh tidak baik, spontan dia mengucap istighfar.Â
"Astagfirullahal adziim..."Â
Sang anak memandangi ibunya.
"Ya Allah..." Mbak Lady menjerit dengan suara lirih.
"Apa dia sudah mati, Bu?" tanya sang anak khawatir.
"Iya Nak. Kasihan sekali anak kucing ini," Mbak Lady membelai-belai kepala dan punggung anabul di hadapannya. Perasaan sedih menyeruak dari dalam hatinya. Betapa malang nasib anak kucing ini, batinnya.
Sesaat dia melihat ke arah kanan dan kiri. Suasana jalan benar-benar sibuk, tak terhentikan oleh mereka berdua.Â
Mbak Lady melayangkan pandangannya ke seberang jalan, pada sebuah toko sembako dan counter handphone yang posisinya bersebelahan. Tak satupun orang atau penjaga yang melihatnya. Mbak Lady ingin memberitahu pemilik kucing ini, tentang keadaannya yang sudah tidak bernyawa.
Dia menengok ke belakang, sebuah rumah dengan usaha depo air isi ulang. Dari sanakah anak kucing ini berasal? Lalu mana induknya?Â
Selintas seekor kucing keluar dari dalam pagar. Mbak Lady buru-buru bertanya pada sang anak, "Itu induknya, kan?"
"Bukan Bu, itu kucing jantan."