Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Pengantin yang Terdiam

14 Juli 2022   13:20 Diperbarui: 14 Juli 2022   21:38 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pengantin yang Terdiam|foto: Christopher Campbell/Unsplash

Semakin kesini suasana hatiku semakin tak keruan. Ada sedikit rasa tak percaya bila seorang pangeran bersedia mempersunting putriku. Kiranya Sang Kuasa telah mengabulkan doa-doa yang kupanjatkan sedari dia kecil.

*

Ilustrasi Pengantin yang Terdiam|foto: Christopher Campbell/Unsplash
Ilustrasi Pengantin yang Terdiam|foto: Christopher Campbell/Unsplash

Tinggal menghitung hari, sebuah pesta untuk melepaskan putriku ke tangan pria yang bertanggung jawab, akan digelar.

Dia bukan lagi gadis kecil yang minta dikuncir rambutnya sebelum pergi sekolah. Dan bukan remaja yang merajuk tak mau makan saat aku tak memberi izin menonton di bioskop bersama teman-temannya.

Tidak lama lagi dia akan meninggalkan rumah kami, membina kebahagiaan dengan pasangan hidupnya dalam suka dan duka sepertiku dulu.

Aku melihat pendar senyumnya saat dia melihat tumpukan kartu undangan di atas meja. Terbayang suasana hari yang ditunggu akan meriah seperti bintang bertaburan. Semoga akan menjadi saat yang tak terlupakan.

Aku semakin bersemangat menulis pengalamanku, berbagi tips kepada pembaca setia web pribadiku. Bagaimana menjadi ibu yang tegar tanpa setetes pun air mata, menjelang hari pernikahannya.

Tiga hari sebelum hari H, rumah kami sudah dipenuhi dekorasi dan bunga-bunga semerbak. Kerabat dan handai taulan mulai berdatangan memberikan dukungan dan ucapan selamat. 

*

Aku menatap putriku yang sedang dirias, pagi itu. Terlihat binar matanya semakin memancarkan keyakinan dan keteguhan hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun