Sarapan pertama di hari kedua sebagaimana tertulis dalam schedule buku panduan, berupa kerang lokal yang lezat di restoran tepi pantai, ternyata tidak disukainya.
Akhirnya dia mengambil buah zaitun Gaeta yang dikenal di seluruh dunia yang berasal dari kota Itri. Dia dan suaminya sepakat ini memang luar biasa.
"Adakah sesuatu yang buruk, lebih buruk dari itu?" tanya dr. Shania sambil menatap penuh perhatian.
Dia mengingat-ingat. Atau dia tak sanggup mengingat semuanya.
Dalam seminggu rasanya terlalu banyak kejadian yang dia dan suaminya alami. Mulai dari menonton orang berselancar di pantai Sant'Agostino, sebelah utara kota, lalu mendaki Monte Orlando, melihat reruntuhan kuno, mengembara di jalan-jalan sempit dan tua, berbelanja dan makan enak tentunya.
Bahkan ketika membuka pc dan melihat foto-foto dari kamera barunya, dia dibuat takjub dengan hasil yang indah tentang perjalanannya.Â
Pakaian dan berbagai benda mahal yang dimintanya dari suaminya, masih terbungkus rapi dari ekspedisi. Kecuali beberapa souvenir, sudah banyak dia bagikan kepada kerabat dan para sahabat.
"Apa lagi yaa?" dia mencoba mengingat-ingat.
"Ada yang membuatmu marah, kesal, atau ingin segera pulang, saat itu?" tanya dr. Shania hati-hati.
Seketika wajahnya menegang, kaku. Darah di semua pembuluh darahnya berlarian secara tak terkendali. Dia mengingatnya!
Dia tahu persis ketika menikmati bagaimana nelayan melakukan "pasar" di sepanjang Lungomare (jalan tepi pantai), dia melihat seorang gadis kecil menyelinap di balik tiang.
Suaminya tak melihat hal yang sama, gadis kecil dengan pakaian gipsi, kumal dan menatapnya penuh arti.
Ketika dia memalingkan wajah karena merasa tak nyaman, gadis itu muncul lagi di balik tiang yang lain, pada saat berikutnya.Â