Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Proyek Pelajar Pancasila Melalui Gelar Bazar dan Pentas Seni

12 Juni 2022   16:53 Diperbarui: 14 Juni 2022   15:04 4666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Resep pangan tradisional khas Banjarmasin|foto: Ayra Amirah

Kurikulum pendidikan di tanah air berkembang dinamis menyesuaikan kebutuhan dari waktu ke waktu. Dan saat ini Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi telah menemukan Kurikulum Merdeka yang dinilai sesuai.

Dalam Kurikulum Merdeka, peserta didik dimungkinkan tumbuh dan berkembang sesuai keunikan yang dimiliki.

Dari sini, lahirlah karakter Pelajar Pancasila yaitu pelajar yang memiliki semangat belajar sepanjang hayat, memiliki jiwa kompetensi global, serta berperilaku sesuai nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Sabtu, 11 Juni 2022 kemarin, saya berkesempatan menghadiri gelaran acara yang diselenggarakan siswa kelas I dan kelas IV berupa bazar pangan tradisional dan pentas budaya.

Acara berlangsung meriah di hari yang cerah. Para peserta dan orang tua siswa tampak antusias hadir dengan ragam busana daerah. Antara lain: Dayak, Bugis, Banjar, Lampung, Bali, dan Toraja.

Siswi mengenakan pakaian tradisional|foto: Ayra Amirah
Siswi mengenakan pakaian tradisional|foto: Ayra Amirah

Saat lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan dengan iringan melodi, saya merasa begitu terharu. Betapa besar jasa-jasa para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan saat itu.

Kemudian acara dilanjutkan dengan kata sambutan dari Ibu Sukaswati yang memberikan semangat bagaimana menjadi Pelajar Pancasila yang baik. 

Dalam gelaran pentas seni, tampil siswa yang membacakan dua puisi bertema 'Guru' dan juga 'Sahabat'. Dilanjutkan tari kreasi yang dibawakan para siswa dengan iringan lagu daerah Kalimantan Timur. 

Tari kreasi|kolase foto Ayra Amirah
Tari kreasi|kolase foto Ayra Amirah

Meski tidak menjadi bagian dari penyelenggara--karena sudah mendapat giliran di tahun sebelumnya-- tetapi secara kebetulan anak kami terpilih untuk diwawancara dan direkam langsung oleh Bapak Kepsek.

Anak kami selaku pengunjung diwawancara langsung|foto: Ayra Amirah
Anak kami selaku pengunjung diwawancara langsung|foto: Ayra Amirah
SDN 004 Sambutan sebagai sekolah penggerak

Jiwa kemandirian menjadi salah satu yang menandai semangat Pelajar Pancasila. Demikian dikatakan Kepala SDN 004 Sambutan, Rasidi, S.Pd. SD dalam kata sambutannya pada gelaran acara kemarin.

Selengkapnya, berikut karakter Pelajar Pancasila yang saya kutip dari Kemdikbud:

  1. Memiliki iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa 
  2. Memiliki sifat mandiri
  3. Memiliki semangat gotong royong
  4. Memiliki rasa kebinekaan
  5. Memiliki daya pikir kritis
  6. Memiliki daya kreasi tinggi

Profil Pelajar Pancasila tersebut sesuai dengan visi dan misi Kemendikbud tentang rencana strategis tahun 2020-2024.

Hal ini terutama diterapkan oleh sekolah penggerak, baik yang ditunjuk langsung oleh dinas terkait maupun melalui inisiatif mandiri kepala sekolahnya untuk mengajukan. 

Seperti halnya SDN 004 tempat kedua anak kami belajar (salah satunya lulus tahun 2021), yang termasuk satu dari sepuluh sekolah penggerak di kota Samarinda.

Apa itu sekolah penggerak?

Mengutip dari Kompas.com, sekolah penggerak menurut Nadiem Makarim dalam akun You Tube Kemendikbud adalah sekolah yang menggerakkan sekolah-sekolah lain. 

Dijelaskan pula olehnya, dalam sekolah penggerak, berbagai aktivitas belajar (edukasi) berlangsung menyenangkan. Para pendidik memberikan pelajaran yang memuat kompetensi-kompetensi berpikir kritis, kreatif, dan dapat bekerjasama.

Ciri-ciri sekolah penggerak, masih menurut Nadiem, yaitu: banyak bertanya, banyak mencoba, serta banyak berkarya.

Maka tidak heran jika sekolah penggerak menjadi model, tempat pelatihan, serta inspirasi bagi guru-guru maupun kepala sekolah dari sekolah-sekolah lainnya.

Kegiatan bazar pangan tradisional dan pentas seni yang berlangsung kemarin merupakan upaya jajaran sekolah mewujudkan target sekolah penggerak itu sendiri.

Tujuannya agar peserta didik dapat mengamati dan terlatih menemukan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitarnya. 

Pendekatan yang digunakan adalah pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) yang berbeda dengan proyek dalam program intrakurikuler di dalam kelas.

Hal ini selaras dengan Kurikulum Merdeka yang digaungkan sebelumnya. 

Tema Penguatan Proyek Pelajar Pancasila

Kemdikbudristek mengembangkan 7 tema dari isu prioritas dalam Peta jalan Pendidikan Nasional tahun 2020-2035 yaitu sebagai berikut:

  1. Gaya hidup yang berkelanjutan, yaitu memahami dampak dari aktivitas manusia bagi kehidupan dan lingkungannya
  2. Eksplorasi tentang budaya dan kearifan lokal masyarakat sekitar
  3. Bineka Tunggal Ika, yaitu kemampuan berdialog dengan penuh hormat terhadap beragamnya kelompok agama di sekitarnya
  4. Membangun jiwa dan raga, yaitu kesadaran dan kepedulian menjaga kesehatan fisik dan mental dirinya serta orang di sekitarnya
  5. Merefleksikan makna demokrasi, misalnya menggunakan sistem musyawarah untuk memilih kepala desa
  6. Mempraktikkan proses rekayasa (engineering process) sederhana dan teknologi yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan di sekitarnya
  7. Mengembangkan potensi kewirausahaan untuk meningkatkan potensi ekonomi di sekitarnya

Bapak Rasidi juga mengatakan harapannya agar peserta didik dapat melanjutkan tongkat estafet dalam mengisi kemerdekaan. Mandiri berwirausaha, sebagai bentuk pendidikan yang berkesinambungan.

Bazar pangan tradisional

Pangan tradisional sebagai bagian dari kearifan lokal|foto: Ayra Amirah
Pangan tradisional sebagai bagian dari kearifan lokal|foto: Ayra Amirah

Saya pribadi merasa bangga terhadap peran serta orang tua siswa dalam mendukung kegiatan ini. 

Berbagai jenis pangan tradisional digelar dalam upaya mengangkat pangan tradisional sebagai kearifan lokal setempat. 

Di antaranya adalah amparan tatak, pais singkong, bubur singkong, pisang goreng, lemper, bingka pisang, klepon dan tentu saja, mihun.

Artikel saya terkait: Sarapan Bihun Telur Puyuh, Cara Saya Intim dengan Anak-Anak

Pangan tradisional sebagai upaya mengangkat kearifan lokal|foto: Ayra Amirah
Pangan tradisional sebagai upaya mengangkat kearifan lokal|foto: Ayra Amirah
Keberadaan pangan tradisional hendaknya dapat terus dilestarikan di tengah maraknya makanan yang diadopsi dari luar Indonesia.

Resep pangan tradisional khas Banjarmasin|foto: Ayra Amirah
Resep pangan tradisional khas Banjarmasin|foto: Ayra Amirah
Sayang sekali, sebelum acara selesai, saya harus meninggalkan tempat karena bertepatan dengan persiapan sulung kami menuju lokasi berkemahnya.

Semoga kita selalu bersemangat mendampingi anak-anak kita dalam menumbuhkan jiwa Pancasila untuk negara tercinta.

Kota Kayu, 12 Juni 2022

Ayra Amirah untuk Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun