Hmm, apakah itu? Sifat "perasa" saya pun mulai bekerja.
Pertama, ia banyak menghabiskan waktu di kamar, tenggelam dalam puluhan bab cerita yang ia baca
Kedua, ketika tidak sedang membaca, ia menjadi lebih jarang bicara dibandingkan sebelumnya, meski sesekali masih bertanya beberapa hal
Ketiga (dan ini yang membuat saya geram), ia tampak memiliki sebagian tanda remaja yang depresi.
Artikel saya terkait:Â
1. Depresi pada Remaja Akibat Kurangnya Pendampingan Orang Tua
2. Mengerikannya Orang yang Depresi
3. Menjadi Polisi Anak Remaja, Bagaimana Caranya?
Untuk beberapa lama, saya memang berupaya mencari tahu apa gerangan yang sudah terjadi. Mengapa si sulung yang saya banggakan, berubah menjadi penyendiri, pendiam dan tidak bersemangat?
Saya mengajaknya berbicara dari hati ke hati, tentang apa yang dia rasakan. Apa sebenarnya yang dia inginkan, dan mengapa akhir-akhir ini dia sering terlihat murung.
Sebagian orang tua, boleh jadi menganggap sikap murung pada remaja adalah hal yang wajar. Mungkin mereka sedang mengalami perubahan mood/suasana hati, atau semacam perubahan hormon yang berpengaruh pada psikisnya.
Suami, yang memang mempunyai analisa tajam untuk hal-hal sebelum ini, langsung menyatakan bahwa sulung kami terlalu banyak berimajinasi tentang apa yang dia baca akhir-akhir ini.
Tidak ingin melakukan self diagnosa, pada suatu kesempatan saya bertanya dan memberi ruang seluas-luasnya kepada si sulung untuk mengungkapkan unek-unek yang dirasakannya.
Penanggulangan
Mulanya, saya bertanya kisah apakah yang sedang dibacanya. Dan ternyata dia tertarik pada kisah berlatar kerajaan dimana sepasang kekasih berbeda kasta sedang memperjuangkan cinta mereka.
Menurut pengakuan si sulung, tidak ada unek-unek khusus. Dia hanya merasa terhibur saat membaca cerita fiksi yang berakhir bahagia.Â