Demikianlah gadis jelita di desa Bunga dengan kesederhanaannya. Berbagai gejolak keinginan di hatinya selalu berusaha diredam. Dia selalu memaknai apapun dengan rasa syukur. Hatinya tenang, dan wajahnya kian teduh dipandang.
Begitu pula ketika satu demi satu pekerja membagikan undangan pernikahan, Seremenya tak membiarkan hatinya diliputi kesedihan. Bahkan dia membiarkan mereka mencibirinya, cantik tapi tak ada pangeran tampan yang mau mempersuntingnya.
Dia sama sekali tak sakit hati. Dia yakin Tuhan akan memberinya yang terbaik. Seremenya tak berani meminta dalam doanya, selain dia dan sang ayah hidup tenang dan tenteram.
Tetapi hidup sungguhlah ajaib!Â
Tanpa diduga, setelah satu demi satu janur diturunkan dan warga kembali melanjutkan aktivitasnya, kini giliran gadis jelita mendulang kebahagiaan.Â
Pak Sudarta, duda pemilik perkebunan bunga tempatnya bekerja, melamarnya.
Bukan itu saja, Seremenya dibawa ke kota untuk menerima donor dari salah satu kerabat Pak Sudarta.Â
Menurut kabar yang beredar, karena sakitnya tak menunjukkan tanda-tanda kesembuhan, akhirnya beliau memberikan wasiat. Jika meninggal akan memberikan kornea mata bagi Seremenya. Beliau tahu Pak Sudarta diam-diam menyukai gadis itu.
Maka pada hari baik yang sudah ditentukan, berlangsunglah pernikahan keduanya. Bukan hanya mempelai yang senyum bahagia, tetapi seluruh warga desa Bunga juga.
Kini Seremenya tahu, seperti apa keindahan bunga-bunga yang biasa menemaninya.Â
Kota Kayu, 14 Mei 2022