Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Seremenya di Desa Bunga

14 Mei 2022   08:52 Diperbarui: 21 Mei 2022   22:00 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto: illustrators.ru

Gadis seperti Seremenya, terbiasa hidup sederhana di rumahnya yang mungil. Kehilangan ibu saat melahirkannya, membuat gadis itu tak berani meminta apapun kepada Tuhan. Cukuplah dia dan ayahnya hidup tenang dan tenteram.

Mentari pagi mulai terasa hangat, ketika kakinya terus melangkah menyusuri jalan menuju atas bukit. Seremenya tahu di sini pun banyak tumbuh bunga liar, meski tentu tak seindah di kebun tempatnya bekerja.

Gadis itu hampir sampai. Dia mengetahuinya dari tarikan nafasnya yang mulai melemah dan pendek. Satu dua bulir keringat keluar dari kening serta punggungnya. Saat berjalannya tak bisa benar-benar tegak itulah, Seremenya tahu dia sudah sampai di puncaknya.

Gadis itu kemudian meluruskan kakinya, duduk di atas rumput sambil mengatur nafas. 

Udara seakan begitu halus memasuki rongga nafasnya. Diafragmanya juga mulai terisi penuh. Seremenya merasakan udara begitu bersih dan segar.

Gadis itu sering datang ke sini, saat libur bekerja atau saat pulang lebih awal. Seremenya suka menikmati kesendiriannya di atas bukit yang membatasi desa Bunga dan desa di sebelahnya. 

Dia akan menemukan kedamaian, saat menyentuh bunga-bunga dengan ujung telunjuknya, dan berusaha membayangkan seperti apakah bentuk mereka?

Di tempatnya bekerja, dia tak benar-benar menikmati bunga-bunga yang dikerjakan. Dia dan yang lainnya harus bergerak cepat karena bunga-bunga akan segera dikirim ke kota. Beberapa jenis di antaranya adalah mawar dan krisan dengan berbagai warna.

Ah, seperti apakah bunga-bunga itu jika mempunyai warna berbeda?

Ilustrasi foto: illustrators.ru
Ilustrasi foto: illustrators.ru

Sering Seremenya bertanya dalam hati. Tetapi sekali lagi, dia tak ingin memikirkannya secara rumit. Jika Sang Kuasa menetapkannya terlahir dalam keadaan buta, dia akan menerimanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun