"Okey, bagus!"
"Panjangkan tubuhmu. Lentur. Jari tangan lebih lentik!"
"Oke, cukup!"
Akhirnya selesai juga.Â
Aku menghabiskan setengah isi gelas yang disodorkan. Dingin dan menyejukkan tenggorokan. Tidak terlalu manis. Alpukad, susu cokelat dan es batu tepat seperti detil yang kuarahkan. Mereka bekerja bagus.
"Mas Panca, saya butuh bicara. Empat mata!"Â
Dengan seperempat malas, seperempat bete, dan setengahnya adalah penasaran. Tidak ada pilihan lain. Aku seperti takluk pada model nomor satu ini.
"Mas Panca, tolong manusiawi sedikit. Kasihan gadis itu. Usianya baru enam belas loh!"
Di ruanganku yang cukup luas, suara Luna menyamai gelegar petir. Tanpa harus menempelkan bokongnya di sofa, ia menghujam dengan mata amarah.
Aku mencoba menerka, kemana arah Luna bicara. Mungkin maksudnya Mari Mar, model yang baru saja menyelesaikan photo shoot. Sebab dia balerina termuda.