Sekilas anak remaja tampak wajar saat memiliki sifat pemalu. Sebagian orang tua menganggap hal ini akan berubah seiring berjalannya waktu. Tapi bagaimana kalau tidak?
Sifat pemalu, artinya mudah merasakan malu. Hal ini bisa diawali oleh perasaan grogi, yaitu merasa canggung atau tidak nyaman saat berhadapan dengan orang banyak. Cirinya, mulai dari tidak berani menatap, menunduk, wajah memerah, keluar keringat dingin, detak jantung cepat, pusing, mual, bahkan mules.
Perasaan grogi itu sendiri, timbul karena tidak adanya dukungan, pernah dikritik/dijatuhkan, trauma, minder/rendah diri, ataupun karena kurangnya persiapan.
Pandemi dan Pembelajaran Tatap Muka
Awalnya, saya menyadari bahwa pandemi yang berlangsung selama dua tahun, telah berimbas kepada anak sulung kami. Ia yang tadinya biasa-biasa saja, berubah menjadi tidak nyaman saat kelasnya diaktifkan kembali.Â
Ketika itu, khusus murid kelas 6 diberikan opsi hadir tiga kali dalam seminggu, dalam rangka persiapan UAS/UAN, dengan durasi pertemuan tiga jam saja.
Rupanya, anjuran pemerintah untuk lebih banyak di rumah aja, telah menyisakan sebuah "rasa asing" bahkan kepada teman akrabnya sendiri.
Hal ini terulang kembali saat ia memasuki MTs, jenjang sekolahnya yang baru. Tepatnya di bulan November menjelang melaksanakan UTS di sekolah. Rona malu-malu tampak dari gerak-gerik anak sulung kami yang merasa bimbang akan mengobrol dengan teman yang mana nantinya. Sistem daring yang berlangsung beberapa bulan sebelumnya, rupanya tidak lantas membuat mereka saling akrab.
Sebenarnya, perasaan tidak nyaman dan malu-malu saat bertemu teman-teman sekolahnya, bisa jadi tidak akan berlangsung lama dan akan kembali dengan sendirinya.Â
Tetapi sebagai orangtua, saya merasa terpanggil untuk membantu anak kami agar bisa tumbuh menjadi remaja yang percaya diri di tengah-tengah lingkungannya.
Mengapa sikap malu-malu pada remaja perlu mendapat perhatian orangtua?
Banyak hal yang terjadi di usia dewasa, berakar dari pola perilaku di masa remaja. Sikap pemalu, ramah, terbuka, bahagia, depresi serta mudah putus asa, akan tergantung bagaimana ia belajar tentang hidup pada tahap usia sebelumnya.Â