Cekrek! Cekrek! Cekrek!!
Sangat memuaskan. Ini ajaib!
Aku lalu duduk beristirahat di atas ilalang begitu saja. Segelas air mineral, menemani mengecek gambar. Sempurna!
Flamingo. Mereka bak balerina dengan rok pendek dan sepasang kaki yang indah. Mereka adalah kawanan yang cantik, dengan tubuh merah muda dan bulu putih. Menarik sekali.
Aku menikmati pemandangan langka dan teringat buku-buku Biologi di perpustakaan.Â
Flamingo menyukai lahan basah dan air dangkal untuk mencari makanannya. Alga merah, biru dan hijau serta udang air asin, banyak mengandung pigmen karotenoid yang mempengaruhi warna tubuh flamingo.Â
Setelah memakan makanannya, pigmen karotenoid akan dipecah oleh organ pencernaan yaitu hati. Pecahan enzim tersebut, diserap oleh lemak, lalu diserap lagi oleh bulu, paruh, dan kulit flamingo. Berapa jumlah yang mereka asup, akan menentukan warna mereka yang terlihat berbeda, mulai dari merah muda sampai oranye.
Sebagai hewan jenis burung (aves), flamingo tidak mempunyai kelenjar susu. Namun lendir merah muda yang diolah pada paruh flamingo dewasa, menjadi susu bagi anak-anak mereka sampai berusia sekitar dua bulan.(sumber).
Mereka bisa berkumpul dan bermain di suatu tempat bahkan sampai ribuan ekor. Tidak heran flamingo menjadi filosofi persahabatan dan kesetiakawanan.Â
Sepasang flamingo yang berdekatan dan menautkan paruhnya membentuk simbol hati, menjadi perlambang cinta dan kasih sayang. Entah apa yang mereka bisikkan ketika itu, berlama-lama dan membiarkanku mengambil gambarnya yang fantastis.
Ayo dansa lagi, Flamingo!