Filsafat tentang waktu
Ketika bunga-bunga belum mekar dan masih berupa biji-biji kecil, sang waktu mengubahnya menjadi tumbuhan yang menjulang, berbunga dan berbuah.Â
Pada hamparan tanah yang sama sekali belum terjamah, waktu lah yang akan mengubahnya menjadi rusak binasa.
Bahkan waktu, selalu mampu mengubah perpisahan dua insan menjadi bait-bait rindu yang menjelma lewat lagu. Betapa dahsyat kerja sang waktu.
Saya memahami sifat-sifat waktu, seperti ini:
- Waktu diibaratkan seperti pedang ataupun mata pisau yang mesti dikelola dengan baik. Tidak seorang pun mendapat tambahan waktu. Semua memiliki rentang yang sama, yaitu dua puluh empat jam. Pandai mengatur waktu agar tak menjadi pedang yang melukai.
- Waktu memberikan efek melambat, dalam situasi yang gelisah, ketakutan, menunggu serta mengerjakan hal yang tidak disukai. Tetapi sang waktu akan berlari cepat, saat hati bermandikan kebahagiaan, bertemu kekasih serta mengerjakan aktivitas paling dinanti.
- Waktu sering pula diibaratkan roda yang berputar atau disebut sirkuler. Tidak heran jika dulu seseorang dihina dan dicampakkan, kini ia dicintai dan dipuja. Waktu juga akan mengubah kehidupan yang susah dan terjajah menuju kebangkitan dan kesuksesan. Roda pedati tak selamanya berada di bawah.
- Waktu adalah ruang, kesempatan dan pintu yang suatu saat akan ditutup. Bergegas melakukan amal, kebaikan dan meraih yang terbaik dalam hidup, menjadi hal paling bijak untuk dipilih.
- Waktu dapat menyembuhkan luka, menghapus dendam, dan mengaburkan kenangan paling pahit di kepala. Mungkin tidak dalam bentuk "lupa", tetapi waktu dapat membuat rasa duka menjadi sirna. Waktu, dianggap bak obat mujarab yang meluluhkan kekakuan hati. Dua saudara yang bertengkar dan saling menyakiti, akan berbaikan kembali.
- Waktu tak dapat ditaklukkan, dihentikan dan dipaksa mengikuti keinginan manusia. Waktu bukan benda yang dapat dikuasai dan diperlakukan sesuka hati. Juga tidak dapat diminta terulang kembali, sebab ia bekerja sebagaimana azali. Tidak dapat dibeli, meski oleh seorang raja paling berkuasa sekalipun.
Terhadap sang waktu yang sangat berharga ini, kita sudah diperingatkan dalam hadist yang diriwayatkan al Abbas yang dirangkum Al Hakim dalam Al Mustadroknya:
- Memanfaatkan masa sehat sebelum datang masa sakit
- Menggunakan sebaik-baiknya masa muda sebelum datang masa tua
- Menggunakan masa lapang sebelum datang masa sibuk
- Menggunakan masa kaya untuk beramal sosial sebelum datang kefakiran
- Menggunakan masa hidup untuk kebaikan sebelum kematian menjemput
Bukankah setiap orang memiliki waktu yang berbeda-beda? Ada yang diberi kesempatan melihat dunia ini sampai ia tua dan renta, namun ada yang masih muda tetapi harus kembali kepada Sang Pencipta.
Nah, panjang pendeknya usia tidak lah menjamin kebahagiaan dan kemuliaan insan di dunia. Maka sebelum penyesalan itu datang, kita perlu menyadari hal-hal di atas.Â
Mengelola dan mengisi waktu dengan baik, agar dapat membawa kebaikanÂ
Bagaimanakah caranya? Berikut langkah sederhana saya:
- Membuat rencana dan goal yang ingin dicapai
- Membuat skala prioritas
- Menyusun dan menepati jadwal
- Konsisten
- Pengendalian diri
- Menulis daftar risiko terburuk
Terdengar berlebihan, sebab kita lebih terbiasa membiarkan segalanya berjalan apa adanya. Apalagi seorang independen seperti ibu rumah tangga yang sering dianggap mempunyai fleksibilitas tinggi dalam menjalankan tugasnya.
Manfaat manajemen waktuÂ
Secara sederhana, kemampuan mengelola waktu yang sesungguhnya terbatas adalah:
- Pekerjaan menjadi lebih rapi dan terstruktur
- Dapat mengukur kemampuan, sehingga realistis dalam menetapkan impian
- Mengantisipasi keterlambatan, penundaan dan penumpukan tugas
- Mendapatkan hasil maksimal dan memuaskan
Kaitannya adalah resolusi yang Anda buat setiap tahunnya, tidak akan ambyar begitu saja. Minimal delapan dari sepuluh akan berada dalam genggaman.
Sedikit contoh, dalam berkompasiana saya mendapatkan validasi akun pada 30 Desember 2020. Headline pertama diberikan admin Kompasiana pada Maret 2021. Sampai hari ini, saya beruntung meraih tiga puluh Artikel Utama dan validasi centang biru pada 5 November 2021.
Banyak sahabat K'ner yang lebih berbobot karya tulisnya dan memiliki progres lebih cepat dari saya, namun inilah pencapaian saya dalam setahun pertama.
Satu hal yang berkesan, pada mid semester pertama, saya sempat mengultimatum diri sendiri sebagai pengendalian diri (butir 5). Jika prestasi belajar kedua anak kami di sekolah menjadi berantakan akibat saya tidak dapat membagi waktu dan perhatian untuk keluarga, saya siap meninjau kembali atau mundur dari kegiatan menulis.
Alhamdulillah, kedua anak kami tetap dengan peringkat satu di kelasnya, bahkan sampai pembagian raport bulan ini di jenjang Tsanawiyah.
Akhirnya, selamat menyambut tahun baru 2022. Semoga resolusi dan harapan yang dibuat untuk tahun depan, dapat diraih dengan mengelola waktu sebaik mungkin.
Salam semangat dan semoga bermanfaat.
Samarinda, 31 Desember 2021
Ditulis Ayra Amirah untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H