Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pekerjaan Ini Tak Perlu Meninggalkan si Kecil Seharian

24 Desember 2021   07:19 Diperbarui: 24 Desember 2021   07:30 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pekerjaan ini, tak Perlu Meninggalkan si Kecil Seharian|foto: boredpanda.com

Apa yang paling diharapkan wanita yang bercerai dari suaminya? Hak asuh anak. Tetapi saat sang suami masih terikat pernikahan dengannya, apa yang dibutuhkan istri? Berkarir untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga.

Mohon maaf, saya tidak menyamaratakan semua individu dalam hal ini. Bahwa seorang ibu tidak ingin berada jauh dari anak-anaknya, itu adalah bagian dari kodratnya. Melahirkan, lalu merawat dan melindungi mereka.

Mengapa wanita bekerja mencari nafkah?

Pertama, motivasi ibu pekerja tidak melulu untuk menambah pendapatan keluarga. Sebagian justru punya niat mulia untuk membangun peradaban, menolong secara kemanusiaan, mencerdaskan bangsa, sampai mendorong roda perekonomian.

Kedua, sejalan dengan cita-cita R.A Kartini, dengan berkarir di luar rumah, wanita ingin meningkatkan kedudukan, potensi dan kiprahnya dalam masyarakat. 

Ketiga, panggilan jiwa yang terus menggema dan menuntun langkahnya untuk terus mencintai bidang yang dipilih.

Lalu, apa yang harus dilakukan ibu pekerja, saat karir yang gemilang tak dapat ditinggalkan?

  1. Mengatur siasat secara cerdik dan bijak
  2. Mencari win win solution
  3. Mementingkan karir tanpa mengorbankan hak keluarga
  4. Siap mengganti kebersamaan yang hilang 
  5. Berani membatasi diri dalam urusan pekerjaan

Perlu diingat, yang tertulis di atas, tidaklah semudah membalik telapak tangan untuk mewujudkannya.

Dari banyak literatur, kita tahu banyak sekali dampak buruk yang ditimbulkan dari keterlibatan ibu di dunia kerja, bagi anak-anaknya.

Kesepian, menjadi risiko paling dominan yang mempunyai rentetan hal tidak mengenakkan lainnya.

Saya tidak ragu untuk mengiyakan, sebab saya mempunyai ibu yang menghabiskan delapan jam dalam sehari untuk bekerja di perusahaan swasta.

Dua puluh tahun lamanya, ibu mengambil alih kendali sebagai pencari nafkah. Akibatnya, sampai hari ini saya dilanda trauma batin. Saya merasa sangat berjarak dengan ibu, dan sedikit sekali kenangan yang saya miliki bersama ibu.

Saya mendeskripsikan kesepian seorang anak dalam cerpen: Apa Kabarmu Hari ini, Kitty?

Pekerjaan ini, tak perlu meninggalkan si kecil seharian di rumah

Sudah umum, saat ibu bekerja, alternatif mengasuh si buah hati dilimpahkan kepada orang tua atau pengasuh. Namun berbagai kondisi menuntut kehadiran ibu secara pisik.

  • Orang tua sudah tiada, terlalu sepuh, atau dalam keadaan sakit ringan
  • Sulit menemukan pengasuh yang ideal
  • Gaji pengasuh dirasa memberatkan
  • Anak tidak mau diasuh orang lain
  • Anak terus-terusan mengalami drama: sakit, jatuh, murung karena jauh dari ibu kandung

Artikel terkait: Adilkah Menjaga Cucu Semasa Pensiun?

Dalam situasi ini, ibu tetap bisa menambah penghasilan keluarga dengan jenis pekerjaan yang lebih fleksibel sepert:

  1. Pekerjaan kreatifitas: membuat kue, menjahit pakaian, memproduksi boneka atau kerajinan tangan lainnya
  2. Pekerjaan edukasi: membuka kelas tambahan untuk beberapa mata pelajaran sekolah seperti matematika, bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya
  3. Pekerjaan pelayanan jasa: membuka laundry, tata rias, pijat lulur, membuka sanggar senan, jasa perawatan hewan peliharaan (memandikan kucing)
  4. Pekerjaan pertanian: budidaya tanaman hidroponik, menanam dan menjual bunga hidup, membuat pupuk organik bekas cacing
  5. Pekerjaan keterampilan khusus: memijat bayi, ibu hamil, mengurut korban jatuh dari motor atau kecelakaan kerja ringan

Sebagai kaum yang dinamis, para ibu kerap tidak bisa berdiam diri tanpa berkegiatan apa-apa. Selain dianggap membuang-buang waktu, juga tidak menghasilkan jumlah nominal tertentu.

Namun niat baik mengembangkan diri atau pun meningkatkan kesejahteraan keluarga, seharusnya tidak mengorbankan keluarga itu sendiri.

Mengatur jadwal, menekankan quality time dan menjaga stamina tubuh, sangat perlu diperhatikan. Terutama tugas sebagai istri dan ibu, tidak boleh dikalahkan oleh passion maupun alasan lainnya.

Sekilas, saat anak-anak tumbuh remaja, para ibu menganggap mereka sudah cukup mandiri untuk ditinggal beraktifitas lain di luar rumah. Justru, pada fase ini mereka sangat membutuhkan kehadiran dan dukungan sang ibu.

Artikel terkait: Pentingnya Membantu Remaja agar Selalu Bahagia

Selamat hari ibu 2021, salam semangat selalu.

Ayra Amirah untuk Kompasiana

Kota Tepian, 24 Desember 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun