Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengerikannya Orang yang Depresi

2 Desember 2021   17:34 Diperbarui: 2 Desember 2021   18:32 2706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi depresi, tentu setiap orang berupaya untuk menghindarinya. Ada stigma negatip, cap buruk serta konotasi tak elok lainnya yang melekat. Salah sedikit, penderitanya akan segera ditinggalkan orang-orang yang tadinya peduli dan sayang. 

Apa itu depresi?

Aaron T. Beck and Brad A. Alford (2009) dalam bukunya Depression: Causes and Treatment mengatakan depresi merujuk pada gangguan psikologis termasuk penyimpangan perasaan, kognitif, dan perilaku individu. Penderitanya merasakan kesedihan, kesendirian, menurunnya konsep diri, yang berujung menarik diri dari lingkungan sosialnya.

Lebih dari tanggapan yang buruk saja, depresi, patut dipahami oleh semua orang. Jika saya atau Anda tidak terseret ke titik ini, Anda dapat membantu mereka pulih, berapapun dampaknya.

Idealnya, setiap permasalahan bisa dicarikan jalan keluarnya. Keyakinan ini membantu menjauhkan depresi dari individu yang terpuruk.

Alasan terpenting menghindarkan depresi dari hidup Anda

Depresi merupakan gangguan mental yang mengancam penderitanya ke arah perilaku bunuh diri. Bayangkan bila itu menimpa orang yang kita sayangi. Sangat mengerikan!

Mengakhiri hidup di tengah kemelut yang sulit, tidak menghilangkan masalah sama sekali. Segera bangkit dan menghindarkan depresi antara lain dengan cara bersyukur.

Penting bagi setiap individu agar merasa bersyukur, sejak mulai bangun tidur sampai akan tidur lagi. 

Sebagaimana diketahui, perasaan apapun yang tidak menguntungkan, selalu bersumber pada cara pandang yang keliru. Sebaliknya, bersyukur adalah senjata untuk menjauhkan rasa frustasi serta membina mental yang sehat.

Ilustrasi wanita patah hati dan putus asa | foto: Pure-Poison89 on
Ilustrasi wanita patah hati dan putus asa | foto: Pure-Poison89 on

Contoh dekat, saat seorang ibu kehilangan bayinya yang meninggal karena prematur. Jika menganggap takdir hidupnya sangat tidak adil, maka dengan mudah ia akan dilanda depresi. Seharusnya, kenyataan pahit yang menimpa, dapat mendorongnya berpikir tentang "ujian" yang harus diterima dengan jiwa besar, dan bukan "kesialan". 

Pada mental yang sehat, sikap pasrah kepada yang maha memberi hidup, akan melahirkan keikhlasan dan menambah keimanan. Ia tidak mudah terguncang dan merasa sedih berkepanjangan.

Contoh lain, saat seorang istri merasakan tekanan yang terus-menerus dari suami pencemburu, hidupnya akan terasa hampa, penuh dengan tuduhan dan cekcok berjilid. 

Apabila istri dengan suami pencemburu tidak pandai mengelola perasaan, dan larut dalam luka batin, maka bisa dipastikan pelan tapi pasti ia akan depresi. Mirip berada di ruang yang gelap. Timbul penilaian tidak dihargai, menyesal mendapat pasangan seperti ini, lalu tercetuslah beberapa niat tidak baik.

Orang yang depresi adalah orang yang lemah

Gagal dalam pencalonan diri, tidak lulus tes masuk perguruan tinggi, bahkan ketika mengalami pelecehan seksual, bagi individu yang "lemah", melihatnya ibarat dunia sudah kiamat. Perasaan terpuruk, patah hati, putus asa, pada gilirannya akan mempertemukan individu pada kehancuran.

Maka, jangankan menatap hari esok dengan optimis, bahkan menegakkan kepala saja, tidak bisa. Tidak heran, kasus bunuh diri di negara ini bisa melonjak tajam.

Badan kesehatan dunia atau WHO Global Health Estimates menyebutkan, angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia tahun 2016 yaitu 3,4 per 100.000 jiwa. Dan pada 2020 secara global menjadi 4,8 per 100.000 jiwa (sumber).

Ilustrasi wanita yang sedang depresi | foto: crystalwhiteheadphotography.blog
Ilustrasi wanita yang sedang depresi | foto: crystalwhiteheadphotography.blog

Menggantungkan dagunya di jendela, berwajah murung, mengoceh sendiri di jalan, menangis, berteriak, histeris dan hilang kesadaran sama sekali. Pernah menemukan ilustrasi ini?

Dikutip dari Alodokter, depresi dibedakan menjadi:

  1. Depresi mayor yaitu perasaan sedih, murung dan merasa bersalah sepanjang waktu. Tanda lainnya adalah gangguan tidur, perubahan berat badan serta merasa diri tidak berguna
  2. Depresi persisten atau distimia, yaitu kondisi depresi yang bersifat kronis dengan gejala  yang menetap selama setidaknya 2 bulan, terus menerus dan hilang timbul dalam kurun dua tahun
  3. Depresi postpartum khusus dialami ibu yang baru melahirkan. Gejalanya ditandai dengan selalu merasa tertekan, susah tidur, sulit memproduksi ASI, serta merasa tidak pantas menjadi ibu
  4. Bipolar yaitu perubahan suasana hati secara drastis. Dari merasa sangat senang dan penuh energi, namun tiba-tiba sedih dan depresi
  5. Depresi psikotik yang ditandai dengan berhalusinasi melihat atau mendengar sesuatu yang sebetulnya tidak nyata
  6. Premenstrual dysphoric disorder (PMDD) yang dialami wanita pada saat menjelang menstruasi. Kondisi ini dikenal juga sebagai sindrom pramenstruasi berat. Gejalanya dapat dilihat antara lain: mudah tersinggung, cemas berlebihan, sakit kepala, kram perut, dan tidak nafsu makan


Pendamping dan penyemangat yang setia adalah keluarga

Untuk menentukan jenis depresi yang dialami, serta mendapat penanganan yang tepat, diperlukan pemeriksaan kejiwaan oleh ahlinya. 

Namun percayalah, keluarga menjadi pihak yang paling mudah menolong. Sebagai pendamping dan penyemangat yang keberadaannya sangat dibutuhkan penderita. Ini akan sama pentingnya dengan serangkaian psikoterapi serta obat antidepresan yang diberikan.

Keluarga adalah harta yang paling berharga, yang selalu mencintai tanpa syarat. Jadi, jaga diri kita dan keluarga kita dari depresi yang mengerikan.

Salam sehat. 

Ditulis oleh Ayra Amirah untuk Kompasiana

Kota Tepian, 2 Desember 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun