Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ibu Rumah Tangga dan "Notifikasi" dari Anak-anaknya

19 November 2021   18:34 Diperbarui: 23 November 2021   01:45 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi bekerja dari rumah sambil mengurus anak. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Sebagai wanita yang tidak berkarir di luar rumah, seringkali topik worklife yang disediakan, justru menggoda saya untuk mengabaikan. Tetapi kali ini saya akan turut berbagi cerita.

Jabatan sebagai istri, didapatkan begitu seorang gadis menjadi halal bagi lelaki yang menikahinya. Sementara jabatan sebagai ibu dilakoni seumur hidup sejak kelahiran bayi pertama. Maka tidak heran jika seorang istri akan sekaligus menjadi seorang ibu.

Apakah seorang istri dan sekaligus ibu mempunyai jam kerja?

Wah, kalau boleh sombong bin lebay, jam kerja ibu rumah tangga sering disebut-sebut: dari buka mata waktu subuh, sampai tidur lagi.

Maksudnya, melayani, membantu dan mendukung suami serta anak-anak, tidak mengenal batasan waktu. Sebab keberhasilan dan kebahagiaan akan dinikmati bersama-sama. 

Berbeda, dan sangat berbeda dengan pekerja korporasi yang partisipasi dan pengabdiannya ditujukan untuk kemajuan perusahaan. Banyaknya waktu dan tenaga yang dicurahkan, akan diganti dengan nominal yang sudah ditetapkan. 

Apa saja notifikasi ibu rumah tangga?

Ilustrasi Ibu Rumah Tangga dan
Ilustrasi Ibu Rumah Tangga dan "Notifikasi" dari Anak-anaknya|foto: freepik/gntfreepik

Jika panggilan telepon dari bos "memaksa" karyawannya melakukan tugas di luar standar jam kerja kantor(07.30-17.00), sesungguhnya profesi para istri dan ibu rumah tangga pun mengundang "dilema" tersendiri.

"Notifikasi" alias panggilan tugas ibu rumah tangga tersebut berasal dari anak-anaknya, suami, serta hal lainnya, seperti:

  1. Tangisan bayi di tengah malam meminta ASI, ganti popok atau sedang sakit panas
  2. Si bungsu (lima tahun) membangunkan minta ditemani pipis
  3. Gemericik air PAM yang khusus mengalir tengah malam untuk daerah air bergilir
  4. Membuka pintu saat suami pulang kerja lembur jam sebelas malam
  5. Bangun awal untuk menyiapkan santap sahur di bulan ramadhan meski sedang mempunyai bayi

Belum lagi urusan double job atau tugas ganda seperti:

  1. Alarm menjemput anak kedua pulang sekolah berbunyi, saat kegiatan memasak belum kelar (jam sepuluh pagi). Maka saya harus mematikan kompor dan melanjutkan memasak kemudian
  2. Mengasuh si bungsu (usia delapan bulan) sambil mengantar jemput si kakak sekolah. Dengan kata lain mempunyai balita dan anak usia sekolah di waktu yang sama. Maka saya harus ekstra hati-hati karena mengendarai motor sambil menggendong si kecil
  3. Memasak sambil mencuci pakaian dengan bantuan mesin; atau menyelesaikan pekerjaan rumah tangga lainnya sambil mendampingi anak belajar online

Ilustrasi double job ibu rumah tangga|foto: istockphoto/outh_agency
Ilustrasi double job ibu rumah tangga|foto: istockphoto/outh_agency

Nah, terhadap hal ini, "senjata" apakah yang digunakan ibu rumah tangga?

Saya memilih redaksi "senjata", sebab jabatan yang mulia ini mempunyai "musuh" yang berusaha menggagalkan: keluhan, rasa bosan, dan godaan untuk meninggalkan. Apalagi jika kebetulan ada tawaran pekerjaan di luar rumah dengan gaji lumayan.

Bagi mamud alias mama muda, saya ingin berbagi tips agar profesi ibu rumah tangga dapat dijalani bak mobil yang meluncur mulus di jalan bebas hambatan.

  • ikhlas/sepenuh hati
  • mencintai pekerjaan apapun keadaannya
  • selalu ingat tujuan menjadi ibu
  • selalu ingat seluruh pengabdian kepada keluarga bernilai ibadah
  • kuat stamina dan kuat hati

Sejujurnya, sampai detik ini saya masih diliputi rasa salut kepada orang-orang tua pada masa lampau. 

Di zamannya, para emak merawat dan membesarkan sampai tujuh anak tanpa bantuan produk dan teknologi seperti sekarang.

Kondisi yang serba terbatas saat itu, justru menempa ibu rumah tangga menjadi lebih kuat dan tangguh. Tidak cengeng apalagi manja. Secara tidak langsung, para ibu telah menjelma sebagai panutan bagi anak-anaknya kelak.

Masakan tradisional mencerminkan karakteristik ibu rumah tangga

Lagi, kelebihan ibu rumah tangga di masa lampau di mata saya. Mereka telaten menyiangi bahan masakan dari kebun, demi menyuguhkan makan siang nan lezat bagi keluarganya.

Salah satunya adalah tumis sulur keladi yang merupakan kuliner khas beberapa suku di tanah air. Termasuk Banjarmasin, dan meluas ke Samarinda, kampung halaman saya. 

Membersihkan sulur keladi butuh kesabaran|foto: dokpri
Membersihkan sulur keladi butuh kesabaran|foto: dokpri

Selain dibutuhkan keterampilan menyiangi atau membuang lapisan terluar, waktu yang digunakan tidaklah sebentar. 

Artinya, faktor ketangkasan atau kelincahan jemari dan ujung pisau sangat menentukan. Tanpa kesabaran dan kerelaan, orang-orang tua pada masa itu tidak akan memutuskan masak sayur lezat ini untuk suami dan anak-anaknya.

Timbal balik pengabdian

Jadi, bila notifikasi terhadap pekerja kantoran dirasa "menantang",  ketangguhan ibu rumah tangga bahkan menaklukkan tantangan ini. Hanya saja, dalam hal ini pemerintah melindungi sistem ketenagakerjaan dan hak karyawan sesuai undang-undang yang berlaku.

Ilustrasi mendapat gaji atau bonus|foto: anteroaceh.com
Ilustrasi mendapat gaji atau bonus|foto: anteroaceh.com

Selayaknya, perusahaan dapat menghargai hak-hak pekerjanya, serta memberikan kompensasi yang pantas. Take and give yang selaras bagi kedua pihak.

Benang merahnya, atas perjuangan ayah sebagai pekerja kantoran maupun ketangguhan bundanya sebagai ibu rumah tangga, anak-anak wajib bersyukur dan menunjukkan baktinya sebaik mungkin. Demikian timbal balik yang paling indah. 

Kota Tepian, 19 November 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun