Sementara itu, suami bibi Emely, Paman Ed, mulai membersihkan kediaman mereka dan menghiasinya dengan bunga-bunga mirip hydrangea di sana-sini. Pria itu tahu persis Lucy menyukai mahkota bunga yang mempunyai pom-pom. Bahkan secara tidak sengaja, warna bunga menyerupai warna gaunnya. Sempurna!
"Untuk apa kayu bakar itu, Paman Ed?" tanyanya melihat tumpukan di sisi tempat tamu berdiri nanti.
Pria itu menoleh, sedikit terperangah.
"Kita akan menyediakan semacam daging yang dibakar dengan bumbu saus pedas manis, tentu..." sahutnya.
Lucy tak yakin dengan ide itu. Tapi kepalanya mengangguk-angguk.Â
"Kalau begitu terima kasih..." balasnya sambil tetap tercenung.
Sejak ayah dan ibunya tertembak oleh pemburu, paman dan bibinya inilah yang peduli padanya. Mereka merawat Lucy penuh kasih sayang, sejak anak mereka masuk perangkap dan dibawa oleh manusia-manusia itu.
Tentu ia harus mengerti balas budi. Tujuh tahun bukanlah waktu yang sebentar. Dan Lucy sama sekali tak merasa hidup sebagai yatim piatu di tengah-tengan mereka. Paman Ed dan bibi Emely memperlakukannya dengan sangat hangat.
*
Bulan purnama membulat di balik ranting-ranting pohon. Hawa dingin menari-nari, berkeliaran di akhir musim gugur. Dunia kegelapan menjadi bersinar, terang-benderang sampai ke sudut-sudut hutan.
Lucy melemparkan senyum ke seisi ruangan. Hampir semua undangan sudah berdatangan. Mereka saling menyapa dan bertanya kabar sambil cekikikan.