Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wanita di Balik Jabatan

15 Oktober 2021   07:01 Diperbarui: 18 Oktober 2021   08:22 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Wanita di Balik Jabatan|foto dari Parapuan.co

Tungkai kaki mulus keluar dari balik pintu MBW. Rok dan blazer warna baby blue, memaniskan inner kemeja putih dengan belahan rendah. Setelah menyerahkan kendaraan pada penjaga, wanita itu melangkah memasuki pintu utama. Memamerkan kemampuannya kepada dunia.

Mungkin Denik bukan satu-satunya wanita cerdas sekaligus menawan di jagat raya ini. Tapi ia yakin, dirinya satu-satunya wanita yang dicintai Mas Prakasa. Bukan Ning, istrinya, serta anak semata wayang mereka.

Denik percaya, pujian demi pujian yang dilontarkan Mas Prakasa, jujur adanya. Dirinya memang cantik, menarik, dan sempurna untuk setiap laki-laki.

Berapa kali, pria itu pernah mengeluh semalam tak bisa tidur, karena terbayang wajah dirinya? 

Sesuai arti namanya, Denik, ia sungguh mempunyai kemampuan keras, bakat bisnis dan wibawa di depan relasi paling andal sekalipun. Begitu Mas Prakasa selalu bilang. 

*

Lamat-lamat, wangi bunga sedap malam yang mekar dini hari, membawa pria itu pada aroma tubuh Denik. 

Dengan manja, wanita pujaan itu melempar senyum. Jari tangannya memberi isyarat, mamanggil Prakasa masuk dalam kehangatan cinta yang buas, liar dan menantang.

Di kaki malam, disiram debit sepuluh ribu tetes per jam, titik-titik embun yang amat dingin dari penjuru langit, Prakasa tersungkur dan terkapar. 

Wanita itu teramat menggairahkan baginya, melebihi penari perut bertubuh indah manapun. Apalagi hanya Ning.

Ketika ia sadar, pagi sudah menyelinap lewat jendela. Secangkir kopi tersaji, lengkap dengan rollcake pandan favoritnya. 

Ning memang paling tahu kesukaannya. Wanita itu tak pernah meleset tentang kapan rasa kantuknya mendekati finish. Saat Prakasa siap membuka mata, Ning sudah menyimpan sarapan di atas meja kecil di sisi tempat tidur.

Bau kopi yang nikmat, hitam dan manis, meluncur di tenggorokannya yang kering. Istrinya tak pernah salah dalam meracik kopi. Selalu pas takaran, dan tak pernah cacat sekali pun.

Dua hal ini, sukses menerbitkan air mata Denik. Tangisnya mengalir bak sungai Tara yang jernih, diikuti suara isak yang membuat goyah.

"Kapan Mas bisa menikahiku?"wanita itu menyandarkan kepalanya di dada Prakasa. Tercium rambutnya yang wangi. Membelai-belai bulu hidung yang kemudian bersorak, mengaktifkan perintah melalui saraf di otak, agar tangan bergegas mendekap rapat wanita yang sedih luar biasa.

"Secepatnya, sayang..." janjinya sekali lagi.

*

Di ruang kerja seluas 18 meter persegi, AC 1 PK terasa amat menyejukkan sebenarnya. Tapi Denik tetap saja merasa gerah.

Baru saja dilihatnya dalam postingan akun instagram milik Ning, Mas Prakasa dan istrinya mengapit serta mencium putri mereka saat perayaan ulang tahunnya kemarin. Untung saja meeting mega proyek menyelamatkan dirinya di depan pria itu. 

Denik merasa tak sudi,  menginjakkan kaki di tengah keluarga rivalnya. Ia benci Ning, sangat benci!

Wanita itu telah merebut Mas Prakasa dari pelukannya. Padahal Ning tak punya kelebihan apa-apa. Selain yaa, sayur asem paling segar bagi suaminya.

Sementara, Denik sudah dua tahun menjadi wanita paling memabukkan bagi mas Prakasa. Ia punya segalanya. Jabatan tinggi, kecantikan, keanggunan, dan cinta yang murni.

Apartemen paling mewah miliknya di kawasan Sudirman, menjadi saksi ketika pria itu berlutut di hadapan Denik. 

Sebuah cincin berlian yang tak pernah diberikan kepada Ning, justru dilingkarkan di jari manisnya. Apa itu kurang?

Dipusatkannya pikiran ke layar laptop. Dikerjakannya semua planning kerja hari ini. Semua harus capai target dan selesai sesuai jadwal yang ditentukan. 

Prestasi kerjanya sangat dibutuhkan di gedung ini. Ia tak bisa menggadaikan jabatan dan reputasinya begitu saja. Sekali lagi ia akan memamerkan kepada dunia, dirinya pantas untuk Prakasa.

(bersambung...)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun