Ya, walaupun semua itu belum pasti. Tapi siapa yang tahu tentang penderitaan di masa depan?
Jujur, aku sebenarnya tidak ingin menghabiskan waktu sendiri. Aku tidak ingin menua tanpa mempunyai seorang keturunan. Aku ingin membina rumah tangga seperti mereka. Tapi...
Aku tidak ingin apa yang pernah terjadi denganmu, terulang kedua kalinya bersama orang lain. Aku hanya wanita biasa. Aku pasti tak berdaya menghadapi kecemburuan kalian, para kaum adam yang keterlauan.
*
Sepuluh tahun sudah, kulawan segala ketakutan. Aku menjadi istri pria itu. Aku mempertaruhkan diriku dan hatiku. Aku ingin tahu, apa semua laki-laki itu sama denganmu?
Langit boleh menghitam di atas sana. Matahari pagi akan terus menyapa. Aku tak boleh terus-menerus tenggelam dan berputus asa. Itulah yang dikatakan ayah.
Pria itu begitu baik. Padaku dan juga semua orang. Ia adalah suami yang kuharapkan. Ia penyejuk hati ini yang lama kering.
Ariel, semoga kau bahagia di sisi Sang Pencipta. Mautmu telah menjemput lebih dulu.
Aku yakin aku sudah bahagia saat ini. Tidak lama lagi aku akan melahirkan anak kedua. Sementara anak sambung dan anak pertamaku dengan Mas Reno, begitu rukun bagai saudara kandung.
Sekarang saatnya aku membakar kenangan, bersama kepahitan di masa lalu. Biarkan aroma kesedihan terbang bersama angin, membumbung jauh dan tersesat.Â
SELESAI