*
Petak sempit di sisi tembok, masih sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Lorong kecil dan lembab, di sinilah dulu dia dibesarkan.
Tirto melihat wajah istrinya bagai orang mau muntah. Bau selokan menusuk penciuman mereka berdua. Dirangkulnya istrinya, tapi segera ditepiskan.
Sejarak di sana, lelaki itu melihat bayangan bapak. Tertatih dengan ember bawaan dan kruk di ketiak kiri. Alhamdulillah, balon yang dijual bapak selalu habis.
"Assalamu alaikum..." sapa bapak yang tampak kebingungan. Sudah ada yang menunggunya di depan rumah.
"Wa alaikum salam..." sahut lelaki itu bergetar.
"Tirto? Kamu pulang, Le?"
"Ini istrimu?"
"Iya Pak..."Â
Peluk haru itu tak tertahankan. Betapa rindu ia dengan bapak.Â
SELESAI