Sudah sekitar seminggu, kucing gembul milik tetangga ini, datang ke halaman kami. Ada apakah gerangan?
Kucing pun bertamu
Mulanya, ia datang malam hari. Menyelinap dekat motor parkir, lalu duduk di teras sampai pagi.Â
Reaksi kucing kami yang berjumlah sebelas ekor adalah menggerung. Memberi kode pada kami bahwa ada kucing asing tak dikenal.
Tetapi di hari yang lain, si empus datang lagi. Kali ini siang hari. Saya memergokinya ngadem di bawah pohon bonsai. Ia kelihatan tak peduli, ketika saya mendekati dan mengambil gambarnya dengan ponsel.
Reaksi kucing kami, ramai-ramai mendekati dengan tatapan mata penuh selidik.
Saya menyapa kucing putih tersebut. Menanyakan apa keperluannya, sambil mengusap kepalanya.
Empus yang tidak saya ketahui namanya ini, diam saja. Tidak sedikit pun merasa takut atau terganggu. Tetap anteng pada posisinya.
Karena tak mendapatkan jawaban apa-apa, saya pun berlalu. Saya ingin kucing gembul tersebut tetap nyaman dengan pilihannya bertamu ke halaman kami.
Tapi, dasarmya saya overthinking, saya tidak bisa berhenti memikirkan. Apalagi hari ini, si empus muncul lagi di halaman. Ia sempat lari-lari kecil saat melihat saya.Â
Dengan cepat, saya masuk ke dalam rumah untuk mengambil ponsel.
Perlahan saya mendekati si kucing embul, yang ternyata tengah berlindung di bawah bale-bale.
"Empus, jangan takut..." kata saya konyol.
"Saya cuma mau foto kamu."
"Boleh ya, saya menulis tentangmu?"
Terus terang, saya penasaran dengan kehadirannya. Secara umum, saya cukup paham tentang perilaku kucing.
- saat mereka bosan, mereka akan tidur-tidur ayam dengan wajah masam
- saat dari kejauhan terdengar tuannya datang, mereka akan berhambur keluar rumah menyambut
- saat mereka melakukan kesalahan dan mendapat hukuman, mereka paham dan menunjukkan sikap jera
- saat musim kawin, mereka biasanya tidak pulang beberapa hari
Dugaan kucing tetangga ingin kabur dari rumah?
Tidak pulang ke rumah atau kabur, juga merupakan perilaku unik kucing. Nah, apakah si embul ini sedang kabur dari rumah untuk mencari tuan yang baru?
Suatu ketika, kucing kesayangan anak kedua kami, raib selama dua minggu. Padahal ia sangat lulut digendong kesana kemari.
Sempat pulang ke rumah, sebelum menghilang lagi dua bulan kemudian, sampai sekarang.Â
Ia adalah kucing kedua, yang pergi dari rumah. Disusul kucing ketiga, yang juga menghilang, entah kemana.
Jujur, saya merasa gelo (menyesal) karena mereka kucing yang manis, meski hanya kucing kampung. Penurut dan sangat bersih.Â
Sempat curiga ada orang lain yang menginginkan dan mengambilnya saat sedang bermain di luar rumah. Tapi siapa?
Dugaan kucing tetangga ingin kawin
Pikiran saya masih terus mengembara.Â
Apakah si embul ingin kawin dengan salah satu kucing kami?Â
Kelihatannya tidak. Ia sama sekali tak kelihatan birahi, atau mengincar salah seekor di antaranya. Si embul hanya duduk santai seperti mengasingkan diri dari tuannya yang lama.
"Embul, apakah kau dimarahi tuanmu?"
Tak ada jawaban.
"Apa kau mau makanan?"
Masih tak ada isyarat apapun. Baik kedipan mata, gidikan kepala, kibasan ekor, atau membuang muka.
Saya pun berlalu. Biarlah kucing jantan tersebut bersantai di sini. Toh tidak berkelahi dengan kucing-kucing kami, pikir saya.
*
Senin pagi, saat saya bersiap meninggalkan rumah, si embul kucing tetangga, muncul lagi di halaman. Bulunya yang putih bersih, sudah membuat saya gemas.
Beberapa kucing kami menyambutnya. Hanya seekor kucing jantan yang tampak terganggu dan menggerung.
Tapi sudahlah. Saya harus ke pasar sekarang.Â
"Bye bye embul... Hari ini tidak ada sesi foto yaa. Kamu bebas bermain di sini..."
Salam cat lover!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H