Itulah yang membuat saya terusik. Ia membesar-besarkan kejadian yang dialami. Menganggap dirinya begitu tinggi.Â
Penderita, memang akan menunjukkan bahwa ia sangat berbudi, sangat mencintai ibunya yang sudah meninggal; meyakinkan orang lain bahwa ia paling benar, paling kaya, terkenal; dan parahnya ia bisa mengklaim diri sebagai nabi bahkan tuhan!
Pada gilirannya, penderita juga akan mengalami gejala penyakit mental lainnya seperti, bipolar, demensia, dan skizofrenia. Wow, buruk, bukan?
Penyebab megalomania
Jika Anda pernah mendengar, penyalahgunaan narkoba dapat merusak saraf, inilah antara lain akibatnya. Terjadi ketidakseimbangan kimia pada otak (neurotransmitter).
Penyebab lainnya adalah penyakit mental di keluarga, kurang berinteraksi secara sosial, stres, gangguan kecemasan.
Keluarga, idealnya adalah tempat seseorang belajar, bertumbuh, mengenal nilai-nilai, membentuk pola pikir dan mendapatkan kasih sayang.
Jika seseorang merasa dibedakan dalam keluarga, ditekan, diabaikan, dan tidak dihargai, maka besar kemungkinan ia akan menjadi penderita megalomania di masa remaja dan awal usia dewasa.
Seperti A, sekalipun ia tidak berasal dari keluarga bercerai, tetapi ia sangat dibenci oleh ayahnya semasa kecil, dan ibunya tidak dapat melindunginya karena bekerja di luar rumah setiap hari. Hal ini terus terjadi sampai ia duduk di bangku kuliah dan ibunya genap 20 tahun bekerja mencari nafkah.
Pelaku sindrom megalomania dalam sejarah