Ketiga, rangkap tugas yang berjalan baik dapat pula membuat saya memandang diri sendiri lebih positip.
Dulu, disebabkan tidak menyadari apa kemampuan saya sesungguhnya, saya pun tidak memiliki respek terhadap diri. Saya mudah tersinggung saat suami tidak mengabulkan misal minta diajak jalan. Saya merasa tidak dicintai, bahkan dengan hal sepele seperti tersebut.
Dengan mendapat apresiasi sesama Kompasianer, mendapat label PILIHAN dari admin, atau artikel sederhana saya didaulat menjadi ARTIKEL UTAMA, lebih-lebih cuan+merchandise-kesemuanya itu telah membuat saya menghargai diri sendiri.
Rangkap tugas, jangan berpikir soal uang
Betapa frustasinya saya di waktu yang lalu, menyadari lebih dari sepuluh tahun lamanya, karya saya hanya sebatas memasak, mencuci dan merawat anak.
Ucapan suami bahwa ibu rumah tangga adalah pekerjaan mulia, tak begitu saja mendinginkan suasana hati yang sedang sumpek.Â
Keberhasilan kedua anak kami meraih prestasi belajarnya di sekolah tatap muka maupun secara online, juga belum membuat saya enteng berjoget saat sesekali mendengarkan musik DJ remix.Â
Sampai suatu hari tiga rangkap tugas menjadi perjalanan karir domestik saya. Irama menghentak tersebut bahkan menjadi cara saya membakar lemak, berolah raga di rumah saja.
Jika pekerja kantoran kerap mendapat rangkap tugas tanpa disertai imbalan/ bonus, saya pun sama. Apa yang saya dapatkan bukanlah tentang kelipatan materi. Dan memang pekerjaan menjadi istri dan menjadi ibu, imbalannya adalah cinta dari keluarga, bukan?
So, jangan berpikir soal uang, yaa. Karena kerja adalah pengabdian.
 (Alamaaakk, senangnya!)