Pagi ini udara menggigit, sebab langit dari sini sampai ujung sana sewarna kelabu tua. Aku dan engkau duduk berdiam diri, merenungkan hidup kita hari ini.
Bukankah setiap orang harus beranjak? Â
Di bumi yang dipenuhi misteri, ibarat anak-anak kecil bermain peta harta karun. Mereka bersemangat mencari di balik gerobak penjual es krim di taman, di balik rumpun bunga, atau di bawah bangku kosong.
Di manakah rezeki bersembunyi, ayo kita jemput segera...
Dan cuaca yang katamu tak mungkin, seakan menghambat cita-cita kita hari ini. Tentang mengumpulkan lembaran mata uang dari pembeli, untuk kita ganti dengan sesuap nasi.
Hidup ini berisi banyak penderitaan, begitu engkau menyimpulkan. Tetapi entah mengapa aku selalu percaya sebaliknya.Â
Sedari kecil aku senang melihat bagaimana kupu-kupu terbang, lalu hinggap di bunga mana saja. Ada sedikit makanan yang belum mengenyangkan. Kupu-kupu terus terbang dan mencari.
Sesaat kemudian derap kaki berhenti di muka pintu. Seorang wanita kaya dekat rumah kita, muncul dengan nampan di tangannya. Senyumnya merekah, mengucap selamat pagi untuk kita.Â
Inilah sarapan untuk kita, bukan jatuh dari langit, tetapi dari tetangga baik hati.
"Hari ini kita sarapan roti super!"Â pekikmu mirip anak kecil yang menemukan harta karun dalam permainannya.
Dua lembar roti gandum dengan bubur alpukad di atasnya. Ditimpa ceplok telur setengah matang serta taburan garam dan lada. Ada sedikit rasa lemon di sana. Hmmm...
Mari kita nikmati rezeki hari ini. Semoga menjadi semangat untuk mengumpulkan bagian lainnya, yang masih tersebar dan tersembunyi.
_______________
Parafrase ini fiktif belaka, sebab penulis sedang hobi moto. Apalagi menemukan food photography yang menarik, langsung deh!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H