Â
Hmm... topik berkebun sudah sering saya bagikan di sini, di blog pribadi, maupun dalam postingan akun media sosial.
Bahkan seorang sahabat menanggapi foto diri saya yang memang jarang terjadi dengan kalimat, "Nah, gitu dong. Jangan tanaman dan bunga saja yang difoto..."
Rupanya "penonton" bosan dengan foto tanaman dan bunga yang awalnya saya bagikan untuk memberikan wawasan nama dan manfaatnya. Tapi baiklah saya akan memilih dari tanaman yang ada.
- Daun sup atau seledri
- Jahe merah
- Terong ungu
- Pare
- Kangkung (pakan selingan ikan nila)
- Sindaguri (pernah menjadi artikel utama)
- Jeruk sambal
- Cabe keriting
- Mawar
- Melati air
- Zinia
- Krokot
- Lansat
- Cempedak (endemik Kalimantan)
- Sirsak madu
- Markisa
- Halaban
Baiklah, saya memilih yang terakhir saja ya. Mengenai bunga mawar, bunga salju, zinia dan lainnya, sudah tidak baru untuk diketahui.Â
Begitu pula berbagai tanaman sayur, buah serta cabe, tentu sudah banyak Kompasianer yang sudah menceritakan.
Tentang pohon kayu halaban, saya kira masih jarang yang mengetahui. Saya berusaha memperkenalkan dalam artikel puisi dan cerpen terbaru saya. Berikut sedikit yang dapat saya tuliskan.
Halaban adalah pohon kayu keras
alaban atau leban (bahasa Dayak) mempunyai nama latin Vitex pinnata merupakan pohon dari keluarga Lamiaceae, asli dari Asia Selatan dan Asia Tenggara.Â
Halaban atauPersebarannya di daerah Indo-Malaysia, yaitu Kalimantan, Sabah dan Sarawak. Terus ke arah utara Indonesia, yaitu India, Sri Lanka, Kamboja dan Filipina yang mempunyai sub hutan tropis.
Pohon ini mempunyai sifat sebagai kayu keras, kuat dan awet. Untuk itulah kayu halaban dimanfaatkan sebagai kusen pintu dan jendela, tiang rumah, bantalan tidur, beberapa furnitur, serta untuk membuat gagang pisau.