Di awal kehadiran saya di sini, saya justru menayangkan curhatan bagaimana rasanya tinggal di pinggiran hutan.Â
Artikel terkait Rumahku di Pinggir Hutan
Saat itu saya belum paham benar mengenai blog publik Kompasiana. Bahwa kompasianer di dalamnya hebat-hebat dan tulisan mereka amat beragam.
Tanpa rasa minder, saya menggambarkan kondisi yang sepatutnya kami syukuri. Tinggal di suatu daerah yang alami namun terpencil dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Ohoo, tapi tampaknya saya perlu bercerita sekali lagi. Topik pilihan yang saya pilih tentang hama rumah.
Hama, biasanya identik dengan hasil pertanian yang terganggu bahkan gagal panen.
Hama rumah, tentunya menyasar pada hewan pengganggu yang kedatangannya tidak diharapkan. Umumnya seperti tikus, kecoa, lipan, siput, dan nyamuk.
Tapi kami yang memang tinggal di pinggir hutan, hama yang datang cukup mengagetkan untuk didengar masyarakat di pemukiman. Apa sajakah?
1. Ular
Tidak dapat dielakkan, selama dua tahun tinggal di kawasan ini, entah sudah berapa kali ular masuk rumah. Meski berukuran kecil, rasanya cukup mendebarkan karena saya punya anak balita.
Kemungkinan ia sedang mencari cicak yang banyak menempel di atap rumah.Â