Ridho Allah swt, adalah dari ridho kedua orang tua.
Rupanya saat memilih jurusan sekolah, putri ibu Dewi ini menyerahkan keputusan kepada pengetahuan dan kebijaksanaan kedua orang tuanya.Â
Mengapa?Â
Karena ia percaya kepada kedua orang tuanya dan tidak ingin berdebat. Bukan main, sebuah prinsip yang tak dimiliki mereka yang menjadikan ini sebagai masalah klasik!
"Apa alasanmu memilihkan Rachel jurusan akuntansi saat itu?" tanyaku penuh rasa ingin tahu.
Ibu Dewi yang sehari-harinya bekerja sebagai penyapu jalan ini, menjawab pasti, "karena aku yakin, dia pasti mendapat pekerjaan dari sana. Minimal dia bisa jadi kasir swalayan,"Â katanya sambil tersenyum.
Senyum inilah, yang saya tangkap sebagai perasaan bahagia ibu Dewi.
Betapa, secara ekonomi ia dan suaminya sangsi dapat membiayai putri sulungnya melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. Masih ada dua anak lainnya yang sama membutuhkan perhatian kedua orang tuanya. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang. Seakan roda kehidupan sebentar berputar, sebentar macet.
Tambahan lagi, berapa banyak tunas bangsa di luar sana, yang puas mengenyam pendidikan akademis. Pada gilirannya, alih-alih membangun negara, membiayai kebutuhan sendiri saja masih mengandalkan orang tua.Â
Curriculum vitae alias berkas lamaran pekerjaan, telah dikirimkan kemana-mana. Namun  email untuk menerima undangan interview, tak kunjung datang. Pekerjaan yang diinginkan, tidak tercapai sesuai harapan. Sebulan, dua bulan. Setahun, dua tahun. Akhirnya hanya menjadi jobless sepanjang masa, (lebay).