Seringkali, pengalaman orang lain menjadi saat kita mengambil pelajaran. Hal baik maupun hal kurang beruntung, darinya kita dapat memetik hikmah.
Pemandangan kurang mengenakkan
Pagi tadi, saya menyempatkan keluar rumah untuk membeli makanan. Dua jam lagi saya harus mengurus pendaftaran si sulung masuk sekolah lanjutan.
Jika kemarin cuaca hujan dan udara dingin bertahan sampai waktu zuhur, pagi ini juga sempat diwarnai gerimis kecil dengan langit masih mendung kelabu. Begitu mereda, saya langsung meloloskan diri. Saya melewati genangan air setinggi mata kaki, yang arus kecilnya terus turun dari bukit nun jauh di sana.
Di tengah perjalanan pula, saya melihat pemandangan kurang sedap. Seperti terlihat pada foto ilustrasi, dua tandon air berukuran 600 liter jatuh dari posisinya dan pecah. Tampaknya insiden terjadi tengah malam tadi. Sore sebelumnya saya masih melewati dua tandon air ini masih duduk manis di tempatnya.
Saya prihatin, itu yang pertama. Empati ini karena saya mengenal penghuni kontrakan adalah kaum kecil biasa. Mereka mempunyai anak balita berusia dua tahun, namun si istri mengambil job mengupas kulit bawang, sejak setahun lalu.
Bisa dibayangkan, aroma pedas bawang merah menguar setiap hari dari teras tempat aktivitas, dan terhirup anak bungsu mereka yang waktu itu masih tahap duduk di kereta bayi. Saya saja yang setiap hari hanya melewati rumah tersebut, merasa tak nyaman meski hanya selintas lalu.
Berapakah upah dari pekerjaan ini?
Tidaklah luar biasa. Seribu rupiah per kilogram-nya. Sehingga diupayakanlah target mengupas hingga 25 kg/hari.
Terkadang tetangga dekatnya datang untuk membantu sambil duduk ngobrol ala emak-emak.
Tandon air adalah kebutuhan warga perumahan
Iya, saya tinggal dekat perumahan tipe 36 yang merupakan kompensasi bagi warga korban penggusuran sepanjang sungai Karang Mumus untuk proyek jalur hijau.
Tetapi karena air bersih dari Perusahaan Umum Daerah Air Minum (perumdam) tidak lancar mengalir di wilayah ini, banyak rumah yang kemudian tidak ditempati, lalu dijual atau dikontrakkan.
Biaya per bulan murah, antara dua ratus lima puluh ribu sampai satu juta rupiah tergantung kondisi fisik bangunan. Ada yang masih berupa bangunan asli serba seadanya, sampai yang sudah direnovasi total.
Tidak heran jika setiap rumah memiliki tampungan air bersih yang berasal dari pipa PDAM, maupun tampungan dari air hujan yang bisa digunakan untuk keperluan mencuci motor atau menyiram tanaman.
sungai Mahakam sepanjang 980 km yang menopang kehidupan masyarakatnya sejak dahulu.
Sebenarnya, kota Samarinda bukanlah daerah dengan kesulitan air bersih. AdaTidak kurang dari empat Instalasi Pengelolaan Air (IPA) dibangun untuk mengcover kebutuhan akan air bersih warganya. Sebut saja PDAM Tirta Kencana Samarinda, PDAM Samarinda (intake) Karang Asam, PDAM Gunung lingai, serta IPA KALHOL.
Secara umum, penghentian pelayanan perumdam disebabkan oleh:
1. Dilakukannya pengurasan reservoar IPA sebagai bentuk perawatan, agar kualitas air yang dialirkan memenuhi standar kesehatan sehingga layak untuk digunakan
2. Adanya kebocoran pipa induk Dn 500 mm dan proses perbaikannya
3. Kadar klorida telah melebihi ambang batas 250 ppm. Maka produksi IPA Bantuas yang berlokasi dekat muara laut harus dihentikan untuk mencegah instalasi pipa distribusi berkarat. Biasanya ini terjadi di musim kemarau panjang. Dikatakan air laut mengalir masuk ke sungai Mahakam yang sedang surut parah
Temui Warga Perumahan Sambutan Asri Kota Samarinda Tawarkan Solusi Pelayanan Air Bersih
Khusus daerah perum Sambutan Asri dan dan perum Handil Kopi yang berada dekat tempat saya tinggal, seminggu lalu walikota terpilih DR. H. Andi Harun sengaja datang langsung menemui warga untuk menawarkan solusi terkait masalah keterbatasan air bersih. Yaitu menambah pipa booster dari IPA terdekat. Selengkapnya dapat dibaca diBiaya mendapatkan air bersih mandiri
Saking krusialnya masalah kebutuhan air bersih, bisnis jual air bersih yang dimuat mobil pick up pun, terbilang cerah.
Warga tinggal menghubungi nomor yang disosialisasikan di tiang listrik maupun warung-warung kecil, dengan membayar Rp 80. 000 per 1200 liter air.
Berapakah harga tandon air per satuannya?
Terbilang cukup menguras dompet yaitu mulai sembilan ratus ribu untuk kualitas paling bawah dengan kapasitas 1200 liter.
Bisa dibayangkan, warga yang notabene ekonomi bawah, harus menabung uang sedikit demi sedikit untuk memiliki tandon air saja. Belum lagi tambahan biaya membeli kayu ulin (kayu keras), baut, pipa dan sambungan pipa sebagai perlengkapan pendukung.
Betapa menyedihkan ketika warga ini baru saja sekitar sebulan sukses memilikinya, akibat pola konstuksi dudukan tandon air yang salah, benda penting ini hancur begitu saja. Sia-sia rasanya mengumpulkan receh demi receh selama ini. Hari-hari selanjutnya, kesulitan air bersih akan mengganggu dan kembali menyusahkan!
Mengingatkan diri untuk selalu bersyukur
Lazimnya, manusia selalu merasa kurang. Apalagi saat kepala mendongak melihat ke atas pada kehidupan orang lain yang lebih beruntung.
Lebih-lebih di masa pandemi yang banyak mempengaruhi perekonomian secara global. Banyak orang merasakan dampak kurang mengenakkan. Jika tak kuat iman, keluhan lah yang justru dilontarkan, bukan rasa syukur.
Insiden dua unit tandon air pecah yang dialami warga, seketika menggugah saya untuk menuliskan ini.
Kehidupan yang Allah swt berikan kepada kita sekalian, sejatinya penuh dengan kenikmatan yang kerap terlupakan. Iya, sekalipun di tengah pandemi covid yang masih berlangsung.
Kebersamaan bersama seluruh anggota keluarga, anak-anak yang sehat, bisa memenuhi kebutuhan pangan walaupun secara sederhana, dan terhindarnya dari musibah kecil maupun besar, tidak lain adalah nikmat hidup yang sangat besar.
Setiap badai, mungkin punya tingkat kedahsyatan yang disebut berat untuk bisa dilalui. Namun, kita tetap harus menghadapinya. Itulah satu-satunya pilihan.
Bukankah telah dijanjikan, bila kita bersyukur maka Allah swt akan menambah nikmatNya?
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat (Qur'an surah Ibrahim:7)
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H