Lagi-lagi, topik pilihan yang diberikan admin Kompasiana, menurut saya umum terjadi di kota besar. Di tempat super ramai dan sibuk. Di sanalah peluang bagi Pak Copet!
Dikutip dari jagokata.com, copet menurut KBBI artinya orang yang mencuri (sesuatu yang sedang dipakai, uang di dalam saku, barang yang dikedaikan, dan sebagainya) dengan cepat dan tangkas.
Pengalaman seorang teman perempuan, saat pulang ke kampung halaman di pulau jawa, kecopetan dompet dalam bis yang mengantarnya sampai di kabupaten Pare, Kediri.
Kisah ini terjadi sudah cukup lama, yaitu lima belas tahun silam. Saat itu ia nekad berangkat tanpa didampingi suami, dan membawa anak laki-laki berusia lima tahun.
Terdorong oleh telepon yang berulang dari sang Bapak, yang mengabarkan ibunya sedang kritis setelah sakit beberapa lama. Teman ini pun berniat untuk pulang menemui sang ibu. Padahal saat itu di Kalimantan, mereka dalam keadaan tak mempunyai tabungan sama sekali.Â
Tanpa mengindahkan saran dari suami, percuma jika dipaksakan pulang, teman tersebut justru merengek agar dicarikan pinjaman uang.
Akhirnya setelah sempat membeli mainan anak di perjalanan seharga lima puluh ribu, keduanya terbang dengan pesawat sampai Surabaya. Dari bandara Juanda, keduanya menumpang bis untuk bisa sampai persis di depan rumah.
Alangkah malang, saat akan membayar ongkos bis, dompet telah raib dari dalam tas. Terlihat bekas sayatan di sana. Sementara ia tak mempunyai sepeser pun uang lainnya.Â
Teman tersebut lalu menangis dengan penuh emosi dan sesal. Sesampainya di tempat tujuan, barulah meminta ongkos dari orang rumah.
"Kena copet, sakitnya tuh di sini," kata teman tersebut bercerita kepada saya, sambil menunjuk dadanya.Â
Sebab, selain kecopetan, sang ibu yang ingin ditemui, sudah dalam keadaan koma saat ia tiba. Ia gagal berkomunikasi bahkan sekedar meminta maaf yang terakhir kali. Sesaat kemudian ibu menghembuskan nafas terakhirnya.
Sakit hati memang!
Nah, Kompasianer, gimana sih caranya biar mengenali ciri-ciri pencopet dan adakah kiat supaya kita sebagai pengguna transportasi umum terhindar dari aksi copet? demikian kata admin.
Ada beberapa cara untuk mengenali adanya copet di sekitar kita khususnya di angkutan umum.
1. Copet tak membawa anak, barang atau tas layaknya penumpang lain. Roman wajahnya juga tak seperti penumpang lain yang terlihat serius, atau terlihat kelelahan. Ia santai bahkan cenderung gelisah.
2. Copet tidak berpenampilan rapi dan wangi layaknya orang pergi kerja atau kuliah. Ia tampil seadanya karena memang tidak ada tempat yang dituju.
3. Copet tidak risih menerobos kaum wanita seperti umumnya orang yang tahu sopan santun. Malah dengan memepet penumpang lain saat naik atau turun angkutan, menjadi peluang untuk beraksi.
4. Copet jeli memperhatikan tas penumpang bahkan mengincar penumpang yang sedang menggunakan handphone. Dalam sepersekian detik, ia akan merampas dan lari keluar angkutan.
5. Saat seseorang tidak dikenal mengajak ngobrol, di saat yang sama, mungkin saja komplotan copet yang lain bersiap-siap mengerjai. Sebaiknya waspada.
Waspada, atau berjaga-jaga untuk setiap kemungkinan, khususnya untuk menghindarkan diri dari menjadi korban pencopetan, yang dapat dilakukan adalah:
1. Usahakan jangan tertidur.Â
Jangankan tertidur, lengah sedikit saja, copet sudah mengambil kesempatan. Ngobrol, misalnya. Atau sibuk memainkan ponsel. Atau menenangkan anak yang sedang rewel, misalnya. Memang pekerjaan copet terbilang kejam. Musuh di negara sendiri.
2. Perhatikan kode dari supir angkutan
Jam terbang, membuat supir angkutan biasanya memahami dan dapat membedakan mana yang benar-benar penumpang, mana copet yang menyamar jadi penumpang.
Hanya saja, untuk mencurigai apalagi menuduh secara langsung, tidak mungkin dilakukan. Pernah terjadi, kru yang mengumumkan agar berhati-hati sebab ada copet dalam bis, kru tersebut justru menjadi korban pemukulan. Selengkapnya dapat dibaca di Mengapa Pengemudi dan Kru Hanya Bisa Beri Kode Saat Ada Copet di Bus
Untuk amannya, biasanya supir bis memberi kode dengan memutar musik sangat keras agar para penumpang melek dan siaga. Atau bila malam hari, lampu dalam bis yang semula dimatikan, tiba-tiba dinyalakan kembali. Saat itu, tingkatkan kewaspadaan yaa.
3. Sebisanya didampingi suami atau saudara laki-laki
Stigma atau pandangan bahwa wanita adalah kaum lemah, menjadi alasan pelaku kejahatan lebih menyasar kepadanya. Walau satu-dua persen di antaranya, bisa jadi menguasai atau atlet atau pelatih olahraga beladiri. Dengan kata lain, bila terjadi perbuatan yang mengancam diri, wanita dapat melakukan gerakan membela diri. Sekaligus memberi pelajaran bagi pelaku copet di transportasi umum.
Alternatif lain yaitu bepergian dengan transportasi umum dengan didampingi suami atau saudara laki-laki. Setidaknya ada yang membantu saat diperlukan serta memberikan rasa aman.
Demikianlah.Â
Idealnya, anjuran pemerintah untuk menumpang transportasi umum saat bepergian demi mengurangi tingkat kemacetan, dapat dibarengi dengan upaya meningkatkan keamanan dan perasaan nyaman bagi warganya.
Salam pagi dari saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H